Gedono
3 Februari 2024

Peringatan Santa Perawan Maria


Bunda Allah di tengah Gereja yang berziarah
Pembacaan dari Ensiklik “Redemptoris Mater” dari St. Yohanes Paulus II, Paus

 

Kelompok para rasul  dalam iman memandang Yesus sebagai pencipta keselamatan.  Mereka mengetahui bahwa Yesus adalah Putra Maria, dan bahwa dia adalah Bunda-Nya dan dengan begitu sejak saat Yesus dikandung dan dilahirkan, Maria adalah saksi khusus misteri Yesus, yaitu misteri yang tertutup untuk mata mereka, misteri yang  diperkuat dengan salib dan kebangkitan-Nya.  Maka sejak saat pertama Gereja “memandang” Maria melalui Yesus, seperti Gereja “memandang” Yesus melalui Maria.

Untuk Gereja pada waktu itu dan setiap saat, Maria adalah saksi tunggal masa kanak-kanak Yesus yang hidup tersembunyi di Nazaret, ketika Maria “menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya”.  Tetapi di atas semuanya, dalam Gereja saat itu dan setiap saat, Maria dahulu maupun sekarang adalah satu-satunya yang “terberkati karena percaya”; dialah manusia pertama yang percaya.  Sejak saat pewartaan Malaikat dan Yesus dikandung, sejak saat kelahiran di kandang Betlehem, Maria mengikuti jejak Yesus sedikit demi sedikit dalam perjalanan imannya sebagai ibu.  Dia mengikuti-Nya selama hidup tersembunyi di Nazaret; dia mengikuti-Nya juga sejak Dia meninggalkan rumah, ketika mulai “berkarya dan mengajar” di tengah Israel.  Di atas segalanya Maria mengikuti-Nya pada kejadian yang menyedihkan di Golgotha.

Sekarang, sementara Maria berada dengan para Rasul di Ruang Perjamuan Malam Terakhir di Yerusalem pada awal Gereja, imannya, yang terlahir sejak kata-kata pewartaan Malaikat, menemukan penguatannya.  Kata Malaikat kepadanya: “Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang putra, dan akan menamakan Yesus.  Dia akan menjadi besar…dan akan memerintah atas rumah Yakub untuk selama-lamanya; dan kerajaannya akan tanpa akhir.”  Kejadian akhir di Kalvari menyelimuti janji tersebut dalam kegelapan, namun di samping salib, iman Maria tidak goyah.  Dia tetap seperti satu-satunya yang, seperti Abraham, “percaya dalam harapan yang bertentangan dengan segala harapan”.

Tetapi baru sesudah kebangkitan harapan tersebut memperlihatkan muka yang sebenarnya dan  janji tersebut mulai berubah menjadi kenyataan.  Karena sebelum kembali kepada Bapa-Nya, Yesus berkata kepada para Rasul: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir jaman”.  Demikianlah sabda Yesus, yang pada kebangkitan-Nya mewahyukan diri-Nya sebagai pemenang kematian, sebagai Yang memiliki kerajaan “tanpa akhir”, seperti dikatakan Malaikat kepada Maria.