PEKAN BIASA V – KAMIS
Hendaknya Kristus dibentuk sempurna di dalam dirimu
Pembacaan dari ulasan St. Agustinus tentang surat kepada umat Galatia
Rasul Paulus berkata, “Jadilah seperti aku.” Meskipun dilahirkan sebagai orang Yahudi, karena kesadaran rohani, ia sudah belajar menganggap perkara-perkara jasmani itu tidak seberapa artinya “sebab aku juga telah menjadi seperti kamu”; artinya aku juga orang seperti kamu. Setelah mengatakan hal itu, dengan amat lembut dan tepat ia menambahkan bukti cintanya kepada mereka, niscaya karena kawatir, kalau-kalau mereka mulai menduga, bahwa ia sudah berbalik melawan mereka. Maka ia berkata, “Para Saudara, aku mengatakan, bahwa kamu tidak berbuat salah terhadapku”, seakan-akan ia ingin mencegah mereka, takut tanpa ragu bahwa mereka mungkin akan mulai mencurigai dia telah berbalik melawan mereka.
Ia bahkan menyebut mereka “anak-anakku yang kecil”, supaya mereka meneladan dia seperti orang tua kepada anaknya. “Aku melahirkan kamu kembali dengan sakit bersalin,” tuturnya, “sampai Kristus terbentuk di dalam dirimu.” Dengan berkata demikian, ia seakan-akan lebih berbicara dalam diri Gereja sebagai ibu mereka, sebab di tempat lain ia berkata, ”Aku menjadi kecil di antara kamu, sebagai inang pengasuh merawat anak-anaknya.”
Kini Kristus dibentuk dalam orang beriman dengan perantaraan iman, yang ditanam pada inti jiwanya. Orang seperti itu, lembut dan rendah hati, dipanggil untuk memperoleh kebebasan rahmat, dan ia tidak membanggakan jasa-jasa perbuatannya yang terus terang ”tidak ada nilainya”! – Sebaliknya dari rahmat itu sendiri ada awal akan jasanya, sehingga Kristus yang berkata, ”Apa pun yang akan kamu lakukan kepada saudara-Ku yang paling kecil, kamu lakukan kepada-Ku,” dapat menyebutnya sebagai yang terkecil dari diri-Nya. Jadi Kristus itu dibentuk di dalam orang yang menerima bentuk-Nya; dan ia yang menerima bentuk Kristus itu adalah orang yang berpaut pada Kristus dengan cinta kasih rohani. Dengan meneladan Kristus, orang itu menjadi sama seperti Kristus, menurut ukuran yang diberikan kepadanya. “Orang yang berkata bahwa ia tinggal di dalam Dia”, kata Yohanes,”harus mengikuti jalan yang dilalui-Nya.”
Setiap orang dikandung oleh ibunya untuk dibentuk, dan setelah mendapatkan bentuk, dilahirkan dengan penderitaan sakit bersalin. Karena itu kita dapat bertanya, apa arti kata-kata, “Aku melahirkan kamu kembali dengan sakit bersalin, sampai Kristus terbentuk di dalam dirimu.” Kami dapat mengartikan “sakit bersalin” sebagai sakit payah, yang diderita Paulus, sampai jemaat dilahirkan dalam Kristus; dan kini Paulus mengalami sakit bersalin lagi, karena ia melihat bahaya bahwa jemaat akan disesatkan. Ia begitu prihatin terhadap mereka sampai berkata bahwa ia bagaikan mengalami sakit bersalin. Kecemasan itu akan berlangsung terus “sampai tercapai ukuran kedewasaan Kristus yang sepenuhnya, hingga mereka tidak lagi diombang-ambingkan oleh setiap angin yang membawa ajaran lain.”
Maka kalau Paulus berkata “Aku melahirkan kamu kembali dengan sakit bersalin, sampai Kristus terbentuk di dalam dirimu,” yang dimaksudkan di sini tidak ada hubungannya dengan permulaan iman sewaktu mereka dilahirkan, tetapi berhubungan dengan peneguhan dan penyempurnaan iman. Di lain tempat ia menyatakan adanya penderitaan semacam ini dengan ungkapan lain, kalau ia berkata, “Ada lagi bagiku kesibukan setiap hari berupa urusan dengan semua Gereja. Siapa lemah, dan aku tidak menjadi lemah? Siapa yang terjatuh, dan aku tidak merasa tersentuh?