MINGGU BIASA VI
Sabda Allah adalah sumber yang tak ada habisnya
Pembacaan dari “komentar St. Efrem atas Diatessaron”
Tuhan, siapakah dapat memahami Sabda-Mu, segala kekayaannya yang terkandung bahkan dalam sepatah kata saja? Jauh lebih banyaklah yang terlewat dibandingkan dengan yang dapat kami tangkap. Kita sungguh bagaikan orang kehausan yang minum dari sumber air. Sebab sabda-Mu, ya Tuhan, mempunyai banyak macam segi, seperti juga banyak sekali harapan atau pendapat yang berbeda-beda dari mereka yang mempelajarinya. Tuhan telah mewarnai Sabda-Nya dengan keindahan yang bermacam ragam, hingga setiap orang yang menyelidikinya dapat melihat di dalamnya, apa yang sesuai dengan keinginannya. Di dalam Sabda-Nya Ia membenamkan begitu banyak harta kekayaan hingga kita masing-masing menemukan kekayaan di dalam apa yang kita kontemplasikan.
Saudara-saudara, sabda Tuhan itu bagaikan pohon kehidupan; setiap cabangnya menghasilkan buah yang terberkati. Sabda itu bagaikan batu karang di padang gurun, yang dipukul sampai terbuka dan setiap bagiannya memancarkan minuman rohani bagi semua. Demikianlah dikatakan oleh Rasul Paulus, ‘Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama.’
Maka, bila ada seseorang yang menemukan sesuatu dari harta kekayaan itu, janganlah ia mengira bahwa sudah tidak ada lagi yang tersisa dari kekayaan tersebut. Hendaklah ia lebih-lebih menyadari bahwa hanya inilah yang dapat ia temukan dari kekayaan yang ada di dalamnya. Juga janganlah ia mengatakan dengan menghina bahwa sabda itu kosong atau tidak subur, hanya karena satu hal itu saja yang dapat ia temukan. Sebaliknya, justru karena ia tidak mampu menangkap semuanya, ia harus bersyukur atas luasnya harta kekayaan itu.
Jadi, bergembiralah, bahwa engkau telah dipuaskan; jangan sedih, bahwa kekayaan sabda telah mengalahkan engkau. Orang yang haus merasa senang bahwa ia dapat minum, dan ia tidak kecewa karena tidak dapat menghabiskan air dari sumber itu. Memang, lebih baik sumber air memuaskan rasa hausmu, dan bukannya hausmu menghabiskan air sumber. Sebab jika hausmu hilang, dan sumur tidak menjadi kering, maka kamu masih dapat minum lagi dari sana, setiap kali kamu membutuhkannya. Tetapi apabila hausmu terpuaskan dan bersamaan dengan itu sumber menjadi kering, kemenanganmu itu berbalik menjadi kemalangan bagimu.
Bersyukurlah atas apa yang telah kamu terima, dan janganlah menggerutu karena masih begitu banyak yang belum diberikan. Yang telah kamu terima dan telah kamu ambil, itulah bagianmu, tetapi yang masih tertinggal juga merupakan warisanmu! Apa yang belum dapat kamu terima karena keterbatasanmu, akan dapat kamu terima pada lain kesempatan, bila kamu bertekun. Janganlah berlagak sombong dan mau sekaligus menghabiskan yang tidak dapat dihabiskan kecuali secara bertahap. Sebaliknya, janganlah berhenti karena berkecil hati hingga meninggalkan apa yang dapat kamu terima sedikit demi sedikit saja!