Hidup dalam Roh Keputraan

Kepenuhan hidup kristiani adalah hidup sebagai anak-anak Bapa dalam relasi Yesus dengan Bapa-Nya, dalam Roh Keputraan yang telah dianugerahkan kepada kita.  Kita mengenal sifat-sifat relasi Keputraan Yesus dengan Bapa secara khusus dari Injil Yohanes di mana Yesus mengatakan bagaimana Dia menerima hidup-Nya dari Bapa dalam komunikasi terus menerus.  Tindakan dan Sabda-Nya mengajar kita bagaimana kita dipanggil hidup sebagai putra-putri Bapa dalam Roh-Nya.

Misi dan tugas Yesus adalah hidup sebagai Putra saat demi saat.  Dia tidak diberi tugas untuk membuat ini atau itu, tidak diperintahkan untuk membuat sekian banyak mukjizat dan memberi sekian banyak khotbah pada hari-hari tertentu.  Yesus tidak diberi ‘job description’, tidak ada kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu.  Semuanya tergantung dari kehendak Bapa yang didengarkan dalam kedalaman hati-Nya.

Hidup dalam Roh Keputraan berarti hidup dalam ketergantungan pada Sumber Kehidupan, sumber keberadaan, pikiran dan tindakan kita.  Berarti menerima secara cuma-cuma dari Allah, apa saja Dia berkenan memberi kepada kita.  Namun sulit bagi kita menyadari bahwa semua yang ada berasal dari Allah bukan dari diri sendiri.  Sulit menempuh jalan sempit ketergantungan dan kepercayaan total dimana segalanya adalah anugerah dan rahmat.  Manusia suka menghitung-hitung untung dan rugi berdasarkan kepentingan sendiri, suka merasa bahwa semua tergantung dari kemampuan dan prestasi sendiri.

Bagaimana egoisme dan keinginan untuk memiliki dan menguasai bisa ditransformasikan ke dalam kesadaran bahwa hidup adalah anugerah yang harus diterima dengan tangan kosong?  Jalannya adalah mendengarkan Sabda Bapa melalui Gereja dan menjadi bagian Tubuh Mistik-Nya, mendengarkan Sabda Bapa itu sampai sabda itu menjelma dalam diri kita sendiri.  ”Bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku”.  Gereja mengarahkan seluruh hidup kita pada Ekaristi di mana kita ditransformasikan melalui partisipasi kita dalam korban Yesus yang membawa kita pada Bapa.  Di sini kita pun menjadi makanan bagi sesama kita dengan membagi-bagikan hidup, waktu, tenaga kita dalam pelayanan bagi orang lain.

 

Marilah kita belajar menghayati hidup sebagai putra-putri Bapa dalam semangat keputraan Yesus, belajar hidup dalam ketergantungan dan kepercayaan total pada Dia yang adalah Sumber kehidupan kita.