Gedono
12 Februari 2024

Peringatan Beata Humbelina


Pembacaan di ambil dari riwayat hidup St. Bernardus

 

Pada saat itu St. Bernardus telah belajar sedikit bagaimana meluaskan pergaulannya dengan orang lain,  melakukan pekerjaan sehari-hari dan sabar terhadap kelemahan manusiawi.  Dia telah mulai menikmati hidup di antara dan bersama saudara-saudaranya,  yang merupakan buah-buah dari pertobatan mereka sehari-hari.  Dan juga saat itu bapaknya yang selama ini tinggal di rumah sendirian,  sekarang telah datang pada anak-anaknya dan masuk dalam kelompok mereka.  Di sana bapaknya melewati sisa hidupnya beberapa waktu dan kemudian meninggal dalam usia lanjut.

Ada juga seorang saudari mereka, seorang wanita yang menikah dan hidup di dunia dan menyerah pada dunia,  di tengah-tengah kekayaan dunia yang membahayakan.  Dia juga akhirnya datang dengan diinspirasikan oleh Tuhan,  untuk mengunjungi saudara-saudaranya.  Dia datang bermaksud untuk bertemu dengan Bernardus yang mulia, namun ia datang dengan satu rombongan mewah dan dengan perhiasan-perhiasannya.  Oleh karena itu Bernardus tidak mengakuinya, menegur  dia dan menyebutnya sebagai sebuah jala setan yang menjerat jiwa-jiwa.  Tidak ada yang dapat membuat Bernardus pergi dan bertemu dengannya.

Mendengar ini Humbelina sangat marah dan tertusuk juga dengan penyesalan karena tidak seorang pun dari saudara-saudaranya yang mau bertemu dengan dia.  Dia bertemu dengan Andreas yang bertugas di pintu pertapaan,  tetapi saudaranya ini mencela pakaiannya dengan semua perhiasannya dan menyebut dia sebagai buntelan kotoran binatang belaka.  Saat itu Humbelina lebur dalam tangisan dan berkata:  “Kalau aku seorang pendosa, bukankah Kristus mati untuk pendosa seperti aku?  Sesungguhnya terlebih karena aku seorang pendosa, justru aku membutuhkan nasehat dan bimbingan untuk perbaikanku.  Sekalipun saudara-saudaraku menolak dagingku, janganlah seorang hamba Allah menolak jiwaku.  Biarlah ia datang dan memberi perintah, apapun yang dia perintahkan, aku siap melakukannya.”  Dengan janji seperti itu di tangan, saudaranya keluar menemui dia, disertai oleh saudara-saudaranya yang lain.

Sementara Bernardus tidak dapat memisahkan Humbelina dari suaminya, ia memberi perintah pertama yaitu untuk menyingkirkan semua kemuliaan duniawi, semua pakaian, semua keinginan kemegahan dunia.  Dia juga memerintahkan Humbelina untuk meniru cara hidup ibunya yang telah hidup dengan suaminya dalam waktu lama.  Akhirnya ia menyuruh Humbelina pergi.

Humbelina pulang ke rumah dan menyetujui untuk mentaati semua perintah itu.  Seketika itu juga ia diubah sesuai dengan tangan kanan yang Mahakuasa, Allah yang mahatinggi.  Semua heran melihat wanita bangsawan muda ini sebegitu cepat berubah, baik dalam berpakaian dan mengurangi makanan,  juga mulai menjalani hidup bertapa di tengah dunia.  Ya dia mewajibkan dirinya untuk berjaga, berpuasa dan berdoa terus menerus dan membuat dirinya asing terhadap semua dunia sekular.

Dia hidup dengan suaminya dua tahun lagi, kemudian dalam tahun kedua ini suaminya berpikir untuk menghormati Allah, dia tidak lagi mencampuri kenisah Roh Kudus ini.  Kekuatan ketekunannya akhirnya menang atas suaminya, sehingga suaminya melepaskan Humbelina dari ikatan resmi pernikahannya, melepaskan haknya sebagai suami, dan membiarkan Humbelina memilih untuk melayani Allah,  yang kepada-Nya Humbelina telah mempertunangkan dirinya sendiri.  Humbelina mengambil kesempatan yang dirindukan yaitu kebebasan ini, dan ia pergi ke Pertapaan Jully, dimana ia berjanji kepada Allah untuk menghayati seluruh hidupnya dengan melayani-Nya sebagai biarawati. Dan Tuhan mengganjar dia sepantasnya dengan rahmat kekudusan.