PEKAN BIASA VI – SELASA
Kita mengenal Bapa lewat Sang Kebijaksanaan, yang menjelma menjadi manusia
Pembacaan dari uraian St. Athanasius melawan kaum Arian
Putra Tunggal, Kebijaksanaan Allah, Dialah Pencipta yang menciptakan semesta alam. Dalam Kitab Suci dikatakan, “Dalam kebijaksanaan Engkau membuat segala sesuatu, dan bumi penuh dengan ciptaan-Mu.” Agar apa yang terjadi tidak hanya ada, tetapi juga baik adanya, maka Allah menghendaki agar Kebijaksanaan-Nya sendiri turun sampai pada taraf ciptaan dan memeteraikan pada masing-masing ciptaan dan pada semuanya bersama, keserupaan dengan gambar-Nya. Dengan demikian terjadilah bahwa yang telah diciptakan mengambil bagian dalam kebijaksanaan-Nya; karya yang sungguh layak bagi Allah!
Sebagaimana perkataan kita merupakan gambar Putra Allah, yang adalah Sang Sabda sendiri, begitu pula kebijaksanaan yang ditanamkan di dalam kita adalah gambar dari Putra Allah yang sama, yang adalah Sang Kebijaksanaan. Berkat kebijaksanaan ini, kita mempunyai kuasa untuk mengetahui dan memahami dan dengan demikian, kita dimampukan untuk menerima Dia yang adalah Kebijaksanaan yang mencipta; dan melalui Dia kita dapat mengenal Bapa-Nya.
Seperti dikatakan dalam Kitab Suci, “Barangsiapa memiliki Putra, ia memiliki Bapa juga,” dan di lain tempat, “Barangsiapa menerima Aku, ia menerima juga Dia yang mengutus Aku.” Maka, karena gambar dari Kebijaksanaan Allah telah dimeteraikan di dalam diri kita, dan diketemukan di dalam semua karya penciptaan, sudah selayaknya bahwa Sang Kebijaksanaan sejati yang menciptakan, menerapkan pada diri-Nya sendiri, apa yang dikatakan tentang ciptaan-Nya, yaitu: “Tuhan menciptakan Aku di dalam karya-karya-Nya.”
Tetapi, oleh karena dalam kebijaksanaan Allah, dunia tidak mengenal Allah melalui kebijaksanaan, maka Allah berkenan untuk menyelamatkan mereka yang percaya, melalui kebodohan pewartaan kami. Tuhan tidak ingin lebih lama lagi, seperti di masa lampau, dikenal lewat gambaran dan bayangan kebijaksanaan yang ada di dalam barang ciptaan. Ia membuat Sang Kebijaksanaan Sejati mengenakan tubuh daging, menjadi manusia, dan menjalani kematian di salib, agar selanjutnya semua orang yang percaya dapat diselamatkan oleh iman pada-Nya.
Dahulu kala Kebijaksanaan Allah menyatakan diri dengan perantaraan gambar-Nya yang dimeteraikan pada barang-barang ciptaan, (itulah sebabnya dikatakan bahwa Kebijaksanaan itu diciptakan), dan melalui diri-Nya menyatakan Bapa-Nya sendiri. Kemudian Kebijaksanaan Allah yang sama ini sebagai Sang Sabda yang menjadi daging, seperti dikatakan oleh Yohanes, setelah menghancurkan kuasa maut dan menyelamatkan bangsa manusia, Ia mewahyukan diri dan Bapa-Nya melalui diri-Nya secara lebih jelas lagi. Ia berdoa kepada Bapa-Nya: “Berilah, agar mereka mengenal Engkau, Allah yang satu dan benar, dan Yesus Kristus yang Engkau utus.” Maka seluruh bumi penuh dengan pengetahuan akan Allah.
Mengenal Bapa melalui Putra dan mengenal Putra dari Bapa. adalah hal yang satu dan sama; Bapa bersukacita dalam Putra-Nya, dan dengan sukacita yang sama, Putra bersuka dalam Bapa, dengan berkata: “Akulah kesukaan-Nya; setiap hari Aku bersuka cita dalam kehadiran-Nya.”