PEKAN I PRAPASKAH – SENIN
Puasa dan Doa
Pembacaan dari Khotbah ke-IV St. Bernardus tentang Masa Prapaskah
Puasa memberi kepada doa kepercayaan dan devosi. Puasa dan doa saling terikat karena doa menahan ketakutan untuk berpuasa dan puasa memperoleh rahmat doa. Puasa menguatkan doa, dan doa menguduskan puasa serta mempersembahkan puasa kepada Tuhan. Apakah manfaat puasa kalau tetap di dunia ini? Haruslah puasa itu terbang ke surga dengan sayap doa. Tetapi sayap doa itu pun tidak cukup untuk terbang, harus ada sayap lain juga. Kata Kitab Suci: “Doa orang benar menembus surga.”
Inilah dua sayap dari puasa kita agar dapat dengan mudah menembus surga: doa dan keadilan. Keadilan adalah memberi yang semestinya kepada setiap orang. Sang Rasul berkata: “Marilah kita melaksanakan yang baik bukan hanya di hadapan Allah melainkan juga di hadapan manusia.” Tidak akan berkenan kepada Allah, orang yang menjadi batu sandungan bagi salah satu dari anak-anaknya. Kata nabi: “Perintahkanlah puasa suci, kumpulkanlah suatu pertemuan umat.” Apa artinya: “Kumpulkanlah pertemuan umat?” Artinya: melindungi persatuan, mengutamakan perdamaian, mencintai persaudaraan. Orang Farisi yang sombong itu berpuasa dua kali seminggu dan memberi hormat kepada Allah, tapi tidak mengumpulkan pertemuan umat. Katanya: “Saya bukan seperti manusia yang lain.” Puasanya terbang dengan satu sayap saja, jadi tidak bisa terbang sampai surga. Saudara-saudara, hendaklah puasamu mempunyai dua sayap: kemurnian dan iman. Tanpa itu tidak seorang pun dapat melihat Allah.
Kita sudah mengatakan sesuatu tentang puasa dan keadilan: sebaiknya kita mengatakan sesuatu tentang doa. Doa yang dilaksanakan dengan baik sangatlah bermanfaat. Karena itu, si musuh biasanya mencoba menghalanginya dengan cara-cara yang cerdik. Halangan paling besar bagi doa adalah ketakutan yang berlebihan. Yaitu kalau seseorang terus-menerus memandang dosa-dosanya dan merasa tidak pantas dan dengan demikian tidak berpaling kepada belaskasihan ilahi. Memang hati manusia adalah “curam yang sulit dikenal”. Tetapi kalau rasa tidak pantas itu besar, jauh lebih besar lagi belaskasihan Tuhan! Jadi, kalau jiwaku menderita, saya akan ingat belaskasihan-Mu yang tanpa batas, ya Tuhan, dan kalau saya merasa tidak berdaya saya akan ingat keadilan-Mu.