21 Februari 2024

PEKAN I PRAPASKAH – RABU


Pertobatan
Pembacaan dari Khotbah ke-II St. Bernardus tentang Masa Prapaskah (1)

 

Tuhan yang Mahakuasa bersabda:  “Bertobatlah kepada-Ku dengan sepenuh hatimu dalam puasa, ratap tangis dan perkabungan.  Koyakkanlah hatimu dan bukan pakaianmu serta berbaliklah kepada Tuhan Allahmu.”  Saudara-saudara terkasih, apakah artinya bila dalam pernyataan ini Tuhan memerintahkan kita untuk berbalik kepada-Nya?  Karena Dia berada dimana-mana, Dia memenuhi segalanya dan pada saat yang sama memuat semuanya.  O Tuhan Allahku, kemana seharusnya saya berbalik hingga saya dapat kembali kepada-Mu?”  “Jika aku naik ke langit, Engkau ada disana,  jika aku turun ke dunia orang mati, Engkau pun berada disana.”  Apakah yang Engkau perintahkan padaku?  Ke arah mana saya harus berpaling hingga kembali kepada-Mu?  Naik ataukah turun?  Ke kanan atau ke kiri?

Saudara-saudaraku, hal ini merupakan rahasia kebijaksanaan ilahi, rahasia yang hanya disampaikan kepada sahabat-sahabat Allah.  Hal ini merupakan suatu “misteri Kerajaan Allah” yang diungkapkan secara pribadi kepada para murid : karena kepada orang banyak, tidak suatu pun dikatakan-Nya tanpa perumpamaan.  Allah bersabda, “Jikalau kamu tidak bertobat, dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”  Sekarang saya melihat dengan jelas kemana Dia menginginkan kita berbalik.  Kita harus berbalik kepada “Anak Kecil”, itu untuk belajar daripada-Nya, karena Dia “lemah lembut dan rendah hati.”  Karena dengan cara seperti itulah Putera telah diberikan kepada kita.  Si Kecil ini sesungguhnya juga besar, tetapi hanya dalam kota Allah yang disebut oleh Nabi waktu berseru, “Bersukacitalah dan lambungkanlah pujian, O kota Sion karena besarlah Dia di tengah-tengahmu, Yang Kudus dari Israel.”   “Karena Allah ada di tempat tinggi, dan memandang ke bawah, dan dari tempat tinggi Dia mengetahui yang jauh.”  Rendahkan saja dirimu, dan kamu akan mencapai-Nya.  Inilah jaminan dari hukum belas kasih, “dan dengan alasan hukum ini, saya telah berharap pada-Mu, O Tuhan.”

Jika lorong yang ditunjukkan untuk membimbing kita kepada Allah adalah lorong keangkuhan – O apakah yang tidak akan dilakukan orang untuk meninggikan diri!  Mereka akan saling menjatuhkan dan saling menginjak-injak satu sama lain!  Akan tetapi, tidak pernah diduga bahwa seseorang yang berusaha meninggikan diri di atas teman-temannya akan menemukan banyak rintangan, akan mempunyai banyak saingan dan lawan, yaitu mereka yang dipengaruhi oleh ambisi yang sama untuk meninggikan diri.  Sebaliknya, tak ada sesuatu pun yang begitu mudah untuk dilakukan seperti merendahkan diri sendiri.  Yang diperlukan hanyalah adanya suatu kerinduan.