6 Maret 2024

PEKAN III PRAPASKAH – RABU


Janganlah berbesar hati tetapi bertakwalah
Pembacaan dari tulisan-tulisan Santo William St. Thierry

 

Rahmat berisi di dalam dirinya semacam takwa, dan takwa ini diperintahkan bahkan kepada orang yang hidup olah iman, yang mewarisi Perjanjian Baru dan telah dipanggil pada kebebasan.  Menjadi berjiwa besar adalah menjadi sombong.  Kejahatan tidak suka dengan takwa bahkan jika kebebasan dari hukuman diberi.  Jiwa takut hanya akan hal ini: kehilangan rahmat, dimana dosa menyukainya.  Dia yang berjiwa besar dan tidak takwa merupakan ketidak-takutan dalam cara yang menghancurkan.  Apakah baik bagi orang yang mencintai orang yang suka tidak takut demi dirinya sendiri?  Orang semacam itu, karena ia suka tidak takut, mencoba melakukan kejahatan lebih besar lagi untuk mempraktekkan apa yang dia cintai.

Janganlah berjiwa besar tetapi bertakwalah, sebab jika Allah tidak meyelamatkan ranting-ranting alami, mungkin Dia juga tidak akan menyelamatkanmu.  Sebab Dia menolak orang sombong tetapi memberi rahmat kepada orang rendah hati, kata Santo Paulus.  Maka lihatlah kebaikan dan kekerasan Allah, kekerasan bagi orang yang jatuh, tetapi kebaikan bagimu, jika kamu tinggal didalam kebaikan itu.  Kitab Suci bukan hanya menunjukkan kebaikan Allah tetapi juga kekerasan-Nya karena itu berguna bagi kita untuk mencintai Allah dan takwa kepada-Nya.

Meskipun para bapa suci hidup dalam sumbernya, namun ranting yang sombong dan tidak setia ini dipotong oleh kekerasan Allah, dan umat yang rendah hati dan setia dicangkokkan pada rahmat kebaikan Allah.  Siapa pun kamu yang telah dicangkokkan, lihatlah kebaikan dan kekerasan Allah seperti yang dikatakan oleh teks Kitab Suci.

Semua persoalan fisik meskipun tidak diragukan berasal dari satu kodrat, secara kebetulan menghasilkan kualitas-kualitas yang berbeda secara fisik misalnya seperti manusia, binatang, pohon dan rumput, namun dalam cara yang sama adalah benar dan unik.  Meskipun mahkluk berakal budi dianugerahi satu kodrat yang sama yakni pilihan bebas namun masing-masing bergerak seturut rahmat Allah.  Pilihan bebas membimbing jiwa untuk tunduk pada nilai-nilai Ilahi atau pada nafsu yang merusak.  Oleh karena itu untuk memperlihatkan bahwa suatu pohon itu baik atau tidak baik, Tuhan bersabda: “Pohon baik menghasilkan buah-buah yang baik dan pohon yang jahat menghasilkan buah-buah yang jahat.