PEKAN IV PRAPASKAH – RABU
Kurban Belaskasih dan Kebenaran
Pembacaan dari Homili Baldwinus dari Ford
Dalam ketaatan ada satu tipe kurban – yakni belaskasihan – yang Tuhan sendiri komentari ketika Ia berkata: “Aku menghendaki belaskasihan bukannya kurban”. Oleh karena itu Allah juga menghendaki belaskasihan yang Dia nyatakan dengan mulut-Nya sendiri dan tidak ada yang Dia inginkan selain belaskasihan. Bagaimana pun dari sini mudah menarik kesimpulan bahwa ketika setiap keutamaan menggerakkan orang pada kebenaran maka itu lebih menghasilkan keutamaan lain, keutamaan itu secara umum diberi nama yang sama yakni kebenaran, seturut pesan ini: “Dia telah memberi rezeki kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap selama-lamanya”. Dan dalam Injil ketika Tuhan berkhotbah Dia berkata: “Perhatikanlah jangan melakukan kebenaranmu ditempat-tempat umum”, tentang kurban Dia mengutip mazmur berikut: “persembahkanlah kurban kebenaran”.
Korban belaskasihan dan kebenaran ditunjukkan dengan kata”tambun” ketika kata itu disebut dalam Mazmur berikut: “Mendengarkan lebih baik daripada mempersembahkan hewan tambun”. Tanpa “hewan tambun” ini pertobatan apapun yang kita buat untuk dosa-dosa kita, keluhan dan air mata apapun yang kita curahkan adalah kecil dan kering, tidak menyenangkan Allah. Persembahan daging yang kita derita dan roh yang telah diremukkan adalah sangat berguna, tetapi ada banyak kesempatan ketika intensi doa seseorang salah sehingga membuat usaha mereka nol dan kosong. Ada banyak yang menemukan ganjaran dari pertarakan dengan persetujuan yang diberi pada mereka seperti yang dinyatakan oleh Tuhan: “Mereka mengubah wajah mereka sehingga orang lain tahu bahwa mereka sedang berpuasa.”
Ada juga orang yang telah melakukan beberapa dosa, menyesal dalam hati mereka tetapi tidak memperlihatkan pertobatan mereka secara lahiriah, karena mereka takut kehilangan status mereka sebelumnya atau uang mereka atau keuntungan duniawi lainnya. Ketika Saul, sebagai contoh, mengetahui bahwa ia telah berdosa, ia pergi kepada teman-temannya yang mendorong dia untuk bertobat dalam cara ini, sebab ketika ia berkata: “Aku telah berdosa” tiba-tiba ia menambah “namun hormatilah aku dihadapan para tetua Israel”.
Oleh karena itu ketaatan yang kita bicarakan adalah tentang sahabat tetap yakni kasih yang unggul yang diarahkan pada Allah dengan devosi dan membawa bukan hanya semua perintah Allah tetapi juga nasihat-nasihat-Nya: “Orang yang mengasihi Aku akan memelihara sabda-Ku”, sabda Tuhan. Dan “Barangsiapa tidak mencintai Aku tidak memelihara sabda-Ku”. Tidak seorang pun yang mencintai Allah selain dari mereka yang menaati sabda Allah, juga tidak ada seorang pun yang telah taat sempurna selain dari mereka yang telah memiliki kasih yang sempurna.