22 Maret 2024

PEKAN V PRAPASKAH – JUMAT


Musuh-musuh Salib

 Pembacaan dari Traktat Spiritual Baldwinus dari Ford

 

Karena Kristus telah menderita bagi kita, jika kita menghayati hidup mewah yang menggiurkan dan membuat setiap perbekalan untuk keinginan daging, maka hendaknya kita tidak hanya takut tetapi malu.  Tidakkah memalukan, tidakkah menggelikan, jika Tuhan dan Tuhan yang bergantung di atas salib, bergantung disitu demi hamba-Nya, dan hamba ini yang jahat yang pantas dilukai, malah tetap berada dalam kemewahan?  Tidakkah keji, tidakkah skandal, jika Kristus, yang bergantung disalib berkata: “Aku haus” dan hati kita setiap hari dipenuhi dengan kemabukan dan keadaan mabuk?  Seperti ada perkataan terkenal yang mengatakan: Permainan ini tidak seimbang!  Sengsara Kristus tentu bukan sebuah permainan atau apapun yang menyerupai permainan.  Tetapi kita memperhitungkan hidup kita seperti sebuah permainan, sesuatu yang dipertunjukkan dan dirancang untuk kesenangan kita.

Kita masih tinggal di dunia, seperti dalam medan pertempuran di mana Kristus Tuhan kita telah dibunuh.  Setiap orang yang meninggalkan medan ini tanpa luka atau bengkak atau memar, diperhitungkan sebagai yang tidak mempunyai nama baik.  “Oleh luka-luka-Nya kita disembuhkan”.  Tuhan telah dibunuh demi kita di medan pertempuran, dan jika kita luput tanpa luka, tubuh kita sehat dan utuh, tidakkah kita dinilai bersalah mengkhianati Kristus dan bersalah atas kematian-Nya?  Orang yang menyebabkan kematian-Nya juga bersalah atas kematian-Nya dan demikian juga orang yang setuju untuk itu dan juga menyalibkan-Nya.

Tetapi dalam cara tertentu, setiap orang yang di dalam dirinya membatalkan kuasa kematian Kristus dengan kehidupan yang jahat adalah bersalah atas kematian-Nya.  Sebab meskipun dia tidak membawa kenyataan bahwa Kristus mati, namun dalam tindakan-tindakan semacam itu, dia menganggap bagi dirinya bahwa kematian Kristus adalah sia-sia.  Bagi dia kematian Kristus tidak mengakibatkan keselamatan, dan bagi orang semacam itu, yang menolak membawa salibnya sendiri dan dengan cara itu menghancurkan dirinya sendiri, salib Kristus bagi dia tidak menguntungkan.  Jika salib Kristus, di mana kita ditugaskan untuk memikulnya, berdiri melawan kesenangan nafsu dan kesenangan nafsu melawan salib, bagaimana orang yang mencintai kesenangan nafsu luput diadili sebagai penganiaya yang tersalib?  Tentang ini Rasul berkata: mereka adalah seteru salib Kristus.  Akhir mereka adalah kehancuran, Allah mereka adalah perut mereka dan kemuliaan mereka adalah aib mereka, pikiran mereka tertuju pada hal-hal duniawi.