PEKAN V PRAPASKAH – SABTU
Kristus teladan kasih persaudaraan
Pembacaan dari tulisan-tulisan Santo Aelredus dari Rievaulx
Kasih persaudaraan yang sempurna terletak dalam kasih kepada musuh-musuh. Kita tidak dapat menemukan inspirasi yang lebih besar kecuali dengan mengingat penuh syukur akan kesabaran Kristus yang mengagumkan. Dia yang terelok di antara anak-anak manusia telah memberikan wajah-Nya diludahi oleh manusia berdosa; Dia yang mata-Nya mengatur alam semesta telah membiarkan mata-Nya ditutupi oleh manusia jahat; Dia membiarkan punggung-Nya dicambuki; Dia telah menundukkan kepala-Nya yang kudus untuk dipukul secara kejam dan ditusuk oleh duri-duri yang menusuknya dengan amat dalam; Dia membiarkan diri-Nya diolok-olok dan dicerca; dan akhirnya Dia bertahan sampai akhir di salib, dipaku, ditusuk, diberi empedu dan anggur asam, Dia tinggal disitu dangan lembut, dan penuh damai.
Singkatnya, Dia dibawa seperti domba sembelihan digiring ke pembantaian, dan seperti anak domba di hadapan orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulut-Nya. Siapa dapat mendengar doa yang indah, begitu hangat, penuh kasih: “Bapa ampunilah mereka”, lalu Ia bergegas memeluk musuh-musuh-Nya dengan kasih yang begitu berlimpah? Dia berkata: “Bapa ampunilah mereka”, adakah kasih yang lebih lembut selain daripada doa ini?
Lalu Ia menambah lagi. Tidak cukup bagi-Nya hanya berdoa bagi mereka, Dia ingin memaafkan mereka. Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka pendosa besar, yah, tetapi mereka tidak mengerti; oleh karena itu, Bapa, ampunilah mereka, mereka telah memaku Aku disalib, tetapi mereka tidak tahu siapakah yang mereka paku di salib; jika mereka tahu; tentu mereka tidak pernah akan menyalibkan Tuhan kemuliaan; oleh karena itu Bapa, ampunilah mereka. Mereka berpikir bahwa Aku seorang pelanggar hukum, seorang penipu yang mengaku diri Allah, seorang penggoda umat. Aku telah menyembunyikan wajah-Ku dari mereka dan mereka tidak mengenali kemuliaan-Ku; oleh karena itu, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.
Jika seseorang berharap mencintai dirinya, dia tidak harus membiarkan dirinya dirusak oleh kodrat kedosaannya. Jika dia berharap menolak dorongan kodrat kedosaannya, dia harus memperluaskan seluruh cakrawala kasihnya dengan mengkontemplasikan kelembutan kasih kemanusiaan Tuhan. Lebih jauh lagi, jika ia berharap mengecap kegembiraan kasih persaudaraan dengan lebih sempurna dan lebih nikmat, dia harus meluaskan pelukan kasihnya dengan mengasihi musuh-musuhnya. Jika ia berharap menjaga api cinta kasih ilahi agar tidak padam karena luka-luka dosa yang diterima, biarlah dia selalu mengarahkan mata jiwa terarah pada kesabaran Tuhannya yang terkasih.