27 Maret 2024

PEKAN SUCI – RABU


Melayani Dia berarti meraja
Pembacaan dari Kotbah Beato Guerikus dari Igny

 

“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”

Kutipan ini ditunjukkan bagi budak jahat yang melarikan diri.  Maksud saya bagi manusia, yang walaupun menurut kodrat dan tingkatannya adalah seorang budak yang diwajibkan untuk melayani, namun menolak untuk melayani dan mencoba merampas kebebasan dan kesetaraan dengan Tuhannya.  Adakah yang lebih adil daripada melayani Dia yang telah menciptakan engkau dan yang tanpa Dia kamu tidak ada?  Dan apakah yang lebih terberkati dan agung daripada melayani Dia?  Melayani Dia berarti meraja.

“Aku tidak mau melayani,” kata manusia terhadap Penciptanya. “Kalau begitu, Aku akan melayanimu,” kata Sang Pencipta kepada manusia.  “Duduklah, Aku akan melayanimu, Aku akan membasuh kakimu.  Beristirahatlah; Aku akan membawa kelelahan dan penyakitmu.  Pakailah Aku sesukamu untuk segala kebutuhanmu, tidak hanya sebagai budakmu tetapi juga sebagai hewan pembawa beban dan sebagai milikmu.  Jika kamu lelah atau berbeban berat, Aku akan membawamu dan bebanmu supaya Aku menjadi orang pertama yang menjalankan apa yang Aku perintahkan.  Jika kamu lapar atau haus dan tidak memiliki apa-apa di tangan dan tidak ada lembu gemuk, lihatlah, Aku siap disembelih agar kamu dapat memakan daging-Ku dan minum darah-Ku.  Janganlah takut kalau kematian budakmu akan menyebabkan kamu kehilangan orang yang melayanimu.  Sebab walaupun sudah dimakan dan diminum, kamu masih memiliki Aku, yang masih hidup dan Aku akan melayanimu seperti dulu.  Jika kamu ditangkap atau dijual, inilah Aku, juallah Aku dan Aku akan menebusmu berapa pun harganya, atau jadikanlah diri-Ku sendiri uang tebusannya.  Jika kamu sakit dan takut mati, Aku akan mati bagimu supaya dari darah-Ku kamu dapat membuat obat yang akan memberi hidup.”

 

O kesombongan manusia yang tak dapat dijadikan rendah hati kecuali melalui sikap melayani yang sebegitu rupa dari Tuhan kita.

 

Sungguh Tuhanku, Engkau telah berjerih payah dalam melayaniku. Dengan suatu seni mencintai yang begitu manis dan baik, Engkau telah menyembuhkan dan menjadikan hamba-Mu yang keras kepala ini tunduk kepada-Mu dengan mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, mempermalukan kesombongan dengan kerendahan hati, memenuhi rasa tak tahu terima kasih dengan kebaikan-kebaikan. Maka dengan demikian kebijaksanaan mengalahkan kejahatan, Engkau menumpuk bara api di atas kepala manusia yang keras kepala untuk menyalakan dia supaya bertobat. Tuhan, Engkau telah mengalahkannya, Engkau telah mengalahkan di pemberontak ini, lihatlah aku menyerahkan diri pada ikatan-Mu, aku meletakkan leherku pada kuk-Mu. Berkenanlah mengijinkan aku melayani-Mu, berjerih payah bagi-Mu. Terimalah aku selamanya sebagai budak-Mu, aku yang tak berguna jika tak ada rahmat yang selalu mendahului dan mengikuti aku serta berjerih payah bagiku.

 

Rahmat itu mendahului kita dengan menunjukkan teladan kerendahan hati dan kesabaran. Semoga rahmat itu selalu mengikuti kita dengan membantu kita meniru apa yang telah ditunjukkan kepada kita.