28 Maret 2024

KAMIS PUTIH


Dalam sakramen Tubuh dan Darah-Nya
Yesus memberikan rahmat-Nya kepada kita
Pembacaan dari khotbah St. Bernardus tentang kenangan akan Perjamuan Malam Terakhir Tuhan

 

Sakramen artinya “tanda kudus atau misteri kudus.”  Ada hal-hal yang memberikan arti kepada benda itu sendiri; tetapi ada hal-hal yang  memberikan arti kepada hal lain: yang terakhir ini disebut tanda atau lambang.  Contohnya: kita bisa memberi hadiah sebuah cincin tanpa suatu arti khusus, tetapi kita juga bisa memberi sebuah cincin sebagai tanda untuk memberikan kepada orang itu suatu warisan: jadi cincin itu sendiri tidak begitu  berharga, tetapi warisan yang diberikan sangat berharga.

Demikian juga Tuhan Yesus, menjelang sengsara-Nya, Ia berkenan memberikan kepada kita rahmat-Nya dan  memberikan kepada kita suatu tanda yang kelihatan dari rahmat-Nya yang tak kelihatan.  Karena itu Ia telah menetapkan semua sakramen, sakramen Ekaristi, “sakramen” pembasuhan kaki dan pembaptisan yang merupakan sakramen pertama di antara semua sakramen, yang dengannya kita “dicangkokkan”, dijadikan seakar dalam kematian Yesus, yaitu dalam kematian yang serupa dengan kematian-Nya.  Peristiwa penenggelaman sampai tiga kali seseorang yang dibaptis  kedalam bejana pembaptisan ini melambangkan tiga peristiwa suci yang kita peringati dalam Trihari Suci ini.

Mungkin ada yang bertanya: kalau dosa asal dihancurkan dalam Pembaptisan, mengapa masih ada ketamakan dalam hati kita  dan kecenderungan akan dosa?  Memang benar bahwa kita mewarisi dosa dari bapa leluhur kita: Kita semua membawa dalam diri kita kehendak yang berdosa, kehendak kita sudah sakit dan penuh luka.  Dengan demikian, meskipun tidak dikehendaki, kita merasakan kecenderungan akan hawa nafsu.  Kita dapat membasuh kecenderungan itu dengan cepat, tetapi untuk disembuhkan dari penyakit ini kita membutuhkan perawatan panjang.  Kita telah dimurnikan dalam pembaptisan yang telah menghancurkan tanda hukuman kita (dosa asal), dan dalam hal inilah kita diberi rahmat agar hawa nafsu jangan sampai merugikan kita lagi, asal kita mau berpantang untuk tidak menyetujuinya.  Demikianlah kita dilepaskan dari luka yang diakibatkan dari dosa asal sehingga hukuman mati yang seharusnya kita terima dicabut.

Akan tetapi siapakah yang akan menghapuskan naluri-naluri kita?  Siapakah yang dapat menahan luka-luka kita ini?  Percayalah saja, sebab rahmat akan menolong, dan agar kita yakin, kita diberi tanda di dalam sakramen Tubuh dan Darah Tuhan.  Sakramen ini mengerjakan dua hal dalam diri kita: pertama, mengurangi naluri kecenderungan kita terhadap dosa ringan, dan yang kedua, menghapuskan persetujuan kita akan dosa lebih berat.

Kalau ada di antara kita yang tidak merasakan lagi kecenderungan nafsu yang  hebat akan kemewahanan, kedengkian, kemarahan atau kejahatan yang lain, kita  harus sungguh bersyukur kepada Tubuh dan Darah Tuhan karena kekuatan sakramen Ekaristi telah bekerja dalam diri kita, dan kita juga harus bergembira karena luka dosa kita yang berbahaya itu sedang disembuhkan.