Jumat Agung

Hari ini kita mau mengenangkan kembali karya agung Allah, di mana Dia telah menyerahkan Putra-Nya yang tunggal bagi keselamatan kita dan seluruh umat manusia.  Melalui penderitaan dan kematian Yesus, Allah mendamaikan kita dengan diri-Nya.  Hari ini kita mau berjalan bersama Yesus, menemani-Nya dalam penderitaan-Nya sampai ke puncak Golgota dan kita juga mau melihat semua kedosaan kita yang membuat Dia dan kita menderita, tapi sekaligus juga pengampunan yang diberikan-Nya.

Penderitaan, di atas segalanya, yang memiliki unsur kuat dalam penderitaan fisik, merupakan misteri solitude, suatu tempat yang hanya dimasuki oleh seseorang sendirian.  Penderitaan terbesar dari mereka yang mengasihi Dia yang sedang menderita adalah ketidakberdayaan mereka untuk mengikuti Dia sepenuhnya.  Mereka dapat menderita bersama-Nya sejauh ada cinta, simpati, dan kepekaan yang menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka.  Meskipun demikian selalu ada tempat yang tidak dapat ditembus oleh siapa pun, karena tingkat penderitaan diukur dari kedalaman jiwa, kemampuannya untuk mencintai dan kepekaannya.  Jadi siapa yang dapat bergabung dengan Kristus dalam penderitaan-Nya?

Sangatlah pantas bagi kita untuk menghabiskan sebagian besar hari ini dalam kesendirian kita.  Dengan demikian, kita berbagi solitude dengan Kristus.  Tidak perlu melakukan meditasi panjang atau refleksi mendalam.  Yang harus kita lakukan hanyalah tetap berada dalam kedamaian dan keheningan batin di kaki Salib, dengan perhatian hati tertuju pada Kristus.  Sekadar berada di sana, itu saja.

Dari bacaan Injil tentang kisah Sengsara Kristus, kita tahu bahwa saat ini Kristus dihina, dilukai, dipaku pada kayu Salib, ditinggalkan oleh Bapa, mengalami kehausan dan mati.  Kita ada di sana; berada di pihak para penganiaya-Nya atau di pihak Maria?  Apakah kita benar-benar tahu?

Pengantara yang Agung, mencurahkan ke seluruh dunia rahmat dan pengampunan yang diperolehkan-Nya bagi kita di Kayu Salib; darah dan air mengalir dari lambung Kristus menyucikan dan menghidupkan kembali seluruh bumi.

 

Maka saat penyembahan salib dengan kaki telanjang, kita mau mencium kaki Yesus.  Marilah kita mengatakan dalam hati kita kepada-Nya: “Terima kasih Tuhan atas kerelaan-Mu menderita bagi kami dan terima kasih atas rahmat pengampunan yang Kau curahkan bagi kami.”