2 April 2024

OKTAF PASKAH – SELASA


Kristus harus menderita
dan demikian masuk dalam kemuliaan-Nya
Pembacaan dari uraian St. Anatasius dari Antiokhia

 

Dengan kata-kata dan perbuatan-Nya Kristus membuktikan, bahwa Ia sungguh Allah dan Penguasa alam semesta.  Tetapi ketika hendak pergi ke Yerusalem, Ia berkata, “Kini kita akan pergi ke Yerusalem.  Putra Manusia akan diserahkan kepada orang tidak percaya, kepada para imam dan para ahli Taurat untuk didera, dihina dan disalibkan.”  Yang dikatakan itu sesuai dengan ramalan para nabi, yang menyatakan, bagaimana nanti kematian-Nya di Yerusalem akan terjadi.

Kitab Suci sejak semula telah meramalkan kematian Kristus dan penderitaan yang mendahuluinya.  Tetapi di sini dinyatakan juga, apa yang akan terjadi pada tubuh-Nya setelah mati; Allah, yang mengalami maut ini, tidak akan menderita dan tidak akan mati lagi.  Ia sungguh Allah!  Jika memperhatikan kebenaran penjelmaan, maka layak dan benar kita mengakui kedua hal ini: Ia dapat menderita dan tidak dapat menderita.  Tetapi mengapa Sabda Allah, yang sebenarnya tidak dapat menderita itu, mau datang untuk menderita?  Karena manusia tidak dapat diselamatkan dengan cara lain!  Hanya Kristus dan mereka yang menerima pewahyuan-Nya tahu akan hal ini.  Kristus tahu apa yang ada dalam Bapa, karena Roh menyelami misteri sedalam-dalamnya.

Memang Kristus harus menderita!  Tidak mungkin sengsara tidak jadi!  Kristus sendiri menyatakan hal ini, ketika Ia menegur murid-Nya lamban dan bebal karena mereka tidak mengerti bahwa Kristus harus menderita seperti ini lalu masuk dalam kemuliaan-Nya.  Ia meninggalkan kemuliaan, yang Ia miliki bersama Bapa sebelum dunia terjadi, dan datang untuk menyelamatkan umat-Nya.  Penyelamatan itu suatu kesempurnaan yang harus dicapai lewat penderitaan oleh Pemimpin yang mengantar kita kepada kehidupan.  Bukankah Rasul Paulus mengajarkan bahwa Pemimpin kepada hidup dijadikan sempurna karena penderitaan-Nya?  Demi kepentingan kita, Ia telah meninggalkan kemuliaan-Nya sebagai Putra tunggal untuk sementara waktu.  Tetapi kemuliaan ini dengan suatu cara nampak akan dikembalikan kepada-Nya dengan menyalibkan kodrat manusia yang diambil-Nya.

Santo Yohanes pun menyatakan hal ini dalam Injilnya, yakni ketika Ia menjelaskan kata-kata Penyelamat, “Air akan mengalir bagaikan aliran-aliran dari dalam hati orang beriman.”  Yang dimaksudkannya ialah Roh, yang akan diterima oleh kaum beriman.  Tetapi Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.  Ia menyebut kematian-Nya di salib itu sebagai kemuliaan.  Itulah sebabnya dalam doa-Nya sebelum menderita sengsara di salib, Tuhan kita minta kepada Bapa agar Bapa memuliakan Dia dengan kemuliaan yang dimiliki-Nya bersama Bapa, sebelum dunia terjadi.