Yesus mati dan hidup – bagi-Nya bukan dua kenyataan yang berbeda – karena Yesus adalah Allah, bagi-Nya tidak ada kematian. Dia mati dengan hidup. Hidup-Nya mengalahkan kuasa kematian dari “dalam”, dari “bawah” …
Secara eksterior, kelihatannya Yesus mati – tubuh manusia yang mati dan kaku tetapi kenyataan interior – dalam dimensi transenden, Yesus “aktif” bergerak turun ke kedalaman maut – untuk memberi nafas hidup kepada semua yang ada di alam maut. Dia turun ke kedalaman “debu tanah dan menghembuskan nafas hidup” (Kej. 2:7). Nafas Kasih yang memberi hidup seperti awal mula manusia diciptakan. “Baiklah kita menciptakan manusia menurut Gambar dan Rupa Kita” yaitu KASIH.
Sabtu Suci – Yesus menyelesaikan sampai “selesai” – perutusan Bapa-Nya, inkarnasi-Nya, untuk mentransformasikan “tidak” manusia yang otonom menjadi “Ya” Kasih … sebagai Anak – “Ya” adalah identitas-Nya, ketaatan filial dianugerahkan kepada kita, membebaskan kita dari kematian kekal. Pembaptisan adalah meterai kekal identitas kita sebagai anak-anak Bapa.
Jangan takut, Akulah Awal dan Akhir – Eschaton, dan yang HIDUP! Aku telah mati tapi lihat: Aku Hidup selama-lamanya. Aku memegang kunci kematian dan kunci kerajaan maut (Why. 1:17-18).
Jangan takut untuk menyerahkan hidupmu kepada-Nya. Dia akan selalu bersamamu dalam penderitaan, dalam kegelapan, dalam kematian, dalam kubur, dalam kehidupan abadi. Tidak akan ada yang memisahkan kita dari Kasih Kristus, dari Kasih Bapa. Dalam kesengsaraan paling gelap pun selalu ada Harapan.
Salib dengan dua lilin di Gereja adalah tanda Fajar Harapan kita. Marilah kita menanti bersama Bunda Maria dan para murid Kristus – terbitnya Fajar Harapan yang membarui hidup kita.