8 April 2024

HARI RAYA KABAR SUKACITA


Misteri Pendamaian Kita
Pembacaan dari surat Paus Leo Agung

 

Kerendahan disambut oleh kemuliaan, kelemahan oleh kekuatan, kematian oleh keabadian.  Untuk membayar hutang martabat kita yang jatuh, kodrat yang tidak dapat diganggu apa pun juga dipersatukan dengan kodrat yang dapat menderita.  Maka, sejalan dengan kebutuhan kita, Perantara satu dan sama di antara Tuhan dan manusia – Manusia Yesus Kristus – dapat mati dalam satu kodrat-Nya dan tidak terkena maut dalam kodrat lain-Nya.

Allah yang benar, dilahirkan dalam kodrat manusia benar dengan kodrat-Nya yang utuh dan sempurna.  Manusia seutuhnya dan Allah seutuhnya juga.  Manusia, yang kumaksud kodrat yang didasarkan oleh Pencipta dalam diri kita pada semula, dan kini hendak dipulihkan-Nya.  Sebab pada Penebus kita tidak ada bekas mana pun juga dari unsur-unsur, yang oleh si penipu diselundupkan dalam diri kita, dan yang dibiarkan masuk oleh manusia, setelah ia ditipu.  Juga di sini tidak berarti bahwa karena Ia mau berbagi dengan kelemahan kita, Ia ikut berbagi dengan dosa-dosa kita.

Ia mengambil rupa seorang hamba tanpa noda dosa.  Ia mengangkat kemanusiaan kita, tetapi tanpa mengurangi keallahan-Nya.  Pengosongan diri, dimana Yang Tidak Kelihatan menjadi kelihatan, dan dimana Tuhan dan Pencipta segala mau menjadi satu dengan manusia yang dapat mati, merupakan kemurahan belas kasih, bukannya kekurangan kuasa.  Untuk itu Dia sendiri, yang dalam rupa Allah menjadikan manusia, menjadi manusia dalam rupa hamba.  Demikian Putera Allah masuk ke dalam lembah dunia ini, turun dari takhta-Nya di surga, tetapi tidak meninggalkan kemuliaan Bapa-Nya, dilahirkan dalam tata-hidup baru dan dengan kelahiran baru.

Kukatakan tata hidup baru, karena Ia menurut kodrat-Nya tidak kelihatan, tetapi menjadi kelihatan dalam kodrat kita.  Ia tidak dapat dimengerti, tetapi Ia mau supaya dimengerti.  Sudah ada sebelum mulainya waktu, tetapi mulai ada di dalam waktu.  Tuhan alam semesta mengambil rupa seorang hamba, menutupi kemuliaan-Nya yang tak terhingga.  Tuhan yang tidak dapat menderita, tidak menganggap rendah menjadi manusia yang menderita; dan meskipun tidak dapat mati, Ia menyerahkan diri-Nya kepada hukum kematian.  Sebab Dia, Allah benar, manusia benar juga; dan di dalam persatuan ini tidak ada tipuan, dimana keluhuran Allah dan kerendahan manusia dijadikan satu.

Seperti Tuhan tidak berubah dengan perbuatan belas kasih-Nya, begitu juga manusia tidak tertelan oleh martabat tadi.  Setiap rupa bekerja sama dengan yang lain, sesuai dengan kodratnya; perbuatan Sabda itu sesuai dengan Sang Sabda, dan daging melakukan apa yang sesuai dengan daging.  Satu dari keduanya agung dengan mujizat-mujizatnya, yang lain ditimpa oleh sengsara.  Seperti Sabda Allah tidak berhenti tetap sama dalam kemuliaan Bapa, begitu juga daging tidak berhenti tetap bagian dalam kodrat kemanusiaan kita.  Sebab selalu harus dikatakan, bahwa Yesus yang satu dan sama itu sungguh Putera Allah, dan sungguh anak manusia.  Ia Allah sejauh semula Ia Sang Sabda, dan Sabda bersama Allah, dan Sabda adalah Allah.  Dan Ia manusia, sejauh Sabda menjadi daging dan berdiam di antara kita.

 


Sembilan bulan sebelum perayaan kelahiran Yesus, kita merayakan penjelmaan-Nya, yakni pada yanggal 25 Maret. Menurut penginjil Lukas, Malaikat Gabriel menyampaikan Kabar Gembira kepada Maria, yakni Maria ditentukan untuk melahirkan Putra Allah. Dengan pasrah dan percaya akan Allah, Maria menjawab, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.”  Maka, atas kuasa Roh Kudus, ia mengandung Putra Allah. Kita memuji Allah yang telah berkenan mengutus Putra-Nya ke dunia, lahir sebagai manusia biasa. Kita bersyukur kepada Allah atas Maria yang begitu rendah hati dan bersedia menjalani peran khusus dalam karya keselamatan Allah bagi seluruh umat manusia.