16 April 2024

PEKAN III PASKAH –  SELASA


Marilah kita melagukan bagi Tuhan lagu cinta
 Pembacaan dari khotbah Santo Agustinus

 

“Marilah kita melagukan bagi Tuhan lagu cinta, lagu pujian bagi-Nya di tengah himpunan para kudus!”

Kita dianjurkan menyanyikan bagi Tuhan lagu baru.  Manusia baru tahu akan lagu baru.  Lagu itu sesuatu yang menggembirakan, dan kalau kita perhatikan sungguh-sungguh, lagu itu suatu cinta.  Demikian manusia yang sudah belajar mencintai hidup baru, juga sudah belajar melagukan lagu baru.  Maka kita perlu diberitahu tentang makna hidup baru untuk lagu baru.  Sebab manusia baru, lagu baru dan Perjanjian Baru itu semua termasuk dalam kerajaan yang sama.  Maka manusia baru menyanyikan lagu baru, dan termasuk Perjanjian Baru.

Setiap orang mencinta; hanya soalnya, apa yang dicinta? Maka kita tidak dianjurkan “jangan mencintai ini atau itu”, melainkan supaya memilih yang dicinta.  Tetapi bagaimana kita dapat memilih, kalau kita tidak lebih dulu dipilih?  Kita tidak dapat mencinta kalau tidak lebih dulu dicinta.  Dengarkanlah kata-kata Santo Yohanes Rasul, “Kita mencinta, karena Ia lebih dulu mencintai kita.”  Kalau kamu mencari alasan, mengapa manusia cinta akan Allah, kamu tidak akan menemukan alasan sama sekali, selain bahwa Allah lebih dulu mencintai manusia.  Ia memberikan diri-Nya sebagai sasaran cinta kita, dan Ia memberi kita sumber cinta.  Jika kamu ingin mengerti, apa yang diberikan kepada kita sebagai sumber cinta, kamu dapat menemukan keterangan lebih jelas dalam kata-kata Rasul Paulus, “Cinta Allah dicurahkan dalam hati kita.”  Dari mana datangnya? Dari kita sendiri! Tidak! Dari mana? Dari Dia “dengan perantaraan Roh Kudus, yang diberikan kepada kita.”

Nah, kalau kita mendapat jaminan itu, marilah kita mencintai Allah dengan kurnia Allah.  Santo Yohanes pun mengungkapkan itu secara lebih jelas, “Tuhan itu cinta!  Barangsiapa tinggal di dalam cinta, ia tinggal di dalam Allah, dan Allah tinggal di dalam dia.”  Tidak cukup orang berkata, “Cinta itu datangnya dari Allah!” Siapa dari antara kita berani mengatakan apa yang dikatan oleh Santo Yohanes, “Allah itu cinta”? Yohanes mengerti apa yang dikatakan, sebab Ia mengalami cinta itu sendiri.

Tuhan memberikan diri-Nya sendiri kepada kita; tidak perlu Ia memberikan lebih daripada itu.  Ia berseru kepada kita, “Cintailah Aku, dan engkau akan memiliki Aku, sebab engkau tidak dapat mencintai Aku, kalau engkau tidak memiliki Aku.”

Saudara-saudaraku, anak-anakku, putra-putri Gereja Katolik, benih-benih surgawi yang kudus!

Kamu telah dilahirkan kembali dalam Kristus, dilahirkan dari atas!  Dengarkanlah aku, atau lebih tepat dengarkanlah Allah lewat perantaraanku.  “Lagukanlah bagi Tuhan lagu baru.”  “Tetapi aku sudah bernyanyi,” jawabmu.  Memang engkau bernyanyi! Aku mendengar itu; tetapi buktikanlah, bahwa hatimu menyanyikan lagu yang sama dengan nyanyian mulutmu.

Bernyanyilah dengan suaramu, bernyanyilah dengan hatimu; bernyanyilah dengan bibirmu, bernyanyilah dengan hidupmu.  “Lagukanlah bagi Tuhan lagu baru!”  Engkau bertanya, mau bernyanyi apa tentang Dia yang kaucintai.  Engkau tanya, nyanyi apa untuk memuji Dia? Dengar!  Lagukanlah bagi Tuhan lagu baru!  Engkau mencari lagu pujian apa?  “Pujian-Nya di tengah himpunan para kudus.”  Penyanyi sendiri adalah pujian yang termasuk dalam nyanyian.  Engkau ingin mengatakan pujian bagi Tuhan?  Jadilah apa yang engkau katakan. Jika engkau hidup baik, engkau sendiri menjadi pujian bagi-Nya.