PEKAN III PASKAH – JUMAT
Salib Kristus, keselamatan bangsa manusia
Pembacaan dari khotbah St. Efrem
Tuhan kita diinjak-injak oleh maut, tetapi kemudian Dia ganti menginjak maut seperti menginjak jalan. Ia menyerah kepada maut dan menanggungnya dengan kehendak-Nya sendiri, untuk membinasakan maut melawan kehendak maut. Sebab Tuhan kita pergi membawa salib-Nya, menurut keinginan maut. Di salib Ia berseru dan menuntun orang mati keluar neraka, bertentangan dengan keinginan maut sendiri.
Maut membunuh Dia dalam tubuh yang dibawa-Nya; tetapi tubuh yang sama merupakan senjata, yang dipakai Tuhan untuk mengalahkan maut. Ke-allahan-Nya tersembunyi di bawah kemanusiaan-Nya, dan di situ mengalami maut, yang membunuh Dia; tetapi sekaligus sang maut sendiri terbunuh. Maut membunuh kehidupan Yesus yang kodrati, tetapi sebaliknya kehidupan-Nya yang adikodrati membunuh maut.
Maut tidak dapat menelan Dia tanpa tubuh, dan alam maut tidak dapat memangsa Dia tanpa daging. Karena itu Ia datang kepada Santa Perawan, untuk mendapatkan kendaraan, yang digunakan untuk memasuki dunia orang mati. Dengan tubuh yang dikenakan-Nya Ia masuk ke daerah maut, mendobrak ruang yang dijaga kuat, dan menghamburkan harta benda.
Demikianlah Ia sampai kepada Hawa, ibu semua yang hidup. Dialah kebun anggur yang pagarnya dibuka oleh maut dengan tangan Hawa sendiri agar dapat mengenyami buah maut. Demikian, Hawa, ibu semua yang hidup, menjadi sumber maut bagi semua yang hidup. Tetapi Maria, pokok anggur baru, berkembang menandingi pokok anggur lama, yaitu Hawa, karena Kristus, Sang Hidup Baru, tinggal di dalam Maria. Jadi, sewaktu maut, dengan ganas seperti biasanya, mendekati Manusia Yesus mencari mangsanya, racun maut, yakni Sang Kehidupan, bersembunyi dalam buahnya yang dapat mati. Maka ketika maut, tanpa menduga apa-apa, menelannya, ia memuntahkan kembali Sang Kehidupan, dan bersama Dia dimuntahkan juga hidup semua orang.
Anak tukang kayu yang mulia ini memancangkan salib-Nya di atas dunia kematian yang menelan segala. Lalu Ia memimpin bangsa manusia masuk ke dalam jurang; lewat batang pohon salib Ia menyeberang ke kediaman hidup. Cabang pahit dicangkokkan pada pohon lama, dan sekarang cabang manis dicangkokkan padanya, supaya kita dapat mengenal satu-satunya yang tidak dapat dilawan oleh makhluk mana pun juga.
Pujian bagi-Mu, Tuhan! Engkau mendirikan salib-Mu laksana jembatan di atas maut, hingga jiwa orang yang meninggal dapat pindah dari kerajaan maut ke kerajaan hidup. Pujian bagi-Mu! Engkau mengenakan tubuh manusia yang dapat mati dan menjadikannya sumber kehidupan bagi semua orang yang dapat mati. Engkau hidup! Para pembunuh-Mu memperlakukan hidup-Mu seperti para petani: mereka menaburkannya seperti biji gandum di dalam tanah; biji itu tumbuh, dan dalam dirinya membangkitkan orang yang banyak jumlahnya.
Mari kita mempersembahkan kepada-Nya korban agung yang meliputi segala, yakni cinta kita. Mari kita mendengungkan di hadapan-Nya kidung dan doa penuh jaya. Sebab Ia mempersembahkan salib-Nya kepada Allah sebagai korban untuk membuat kita jaya.