23 April 2024

PEKAN PASKAH IV – SELASA


Jadilah korban Allah serta imamnya
 Pembacaan dari khotbah Santo Petrus Krisologus

 

“Aku menghimbau kamu demi belas kasih Tuhan.”  Itulah permintaan Paulus, atau lebih tepat permintaan Tuhan dengan perantaraan Paulus, sebab Ia ingin lebih dikasihi daripada ditakuti.  Allah mengajukan permintaan itu, sebab Ia tidak ingin menjadi Tuhan tetapi Bapa.  Allah lebih suka minta dalam belas kasih-Nya, daripada menghukum dalam kekerasan-Nya.

Dengarkan apa yang diminta Tuhan: kamu melihat pada-Ku ada anggota-anggotamu, alat-alat tubuhmu, tulang-tulangmu dan darahmu.  Jika kamu takut akan apa yang menjadi kepunyaan Tuhan, mengapa kamu tidak mencintai yang menjadi kepunyaanmu sendiri?  Jika kamu lari menghadap Tuhan, mengapa kamu tidak kembali kepada saudaramu?

Mungkin kamu takut, karena besarnya penderitaan yang kamu timpakan kepada-Ku.  Jangan takut!  Salib itu bukan sengat-Ku; itu sengat maut.  Paku-paku itu menembus Aku tidak dengan membawa rasa sakit, tetapi dengan cinta yang lebih mendalam kepadamu.  Luka-luka itu tidak menimbulkan keluhan dari pada-Ku; tetapi malah menarik kamu lebih dekat di dalam hati-Ku.  Badan-Ku yang dibentangkan melapangkan tempat bagimu di dalam hati-Ku, dan sedikit pun tidak menambah sakit-Ku.  Darah-Ku tidak hilang bagi-Ku; ini “uang muka” bagi penebusanmu.

Maka marilah, marilah kembali kepada-Ku!  Mari, kenalilah Aku sebagai Bapa!  Sebab lihat, kejahatan Kubalas dengan kebaikan, penderitaan Kubalas dengan cinta, dan luka dalam Kubalas dengan cinta yang lebih mendalam lagi.  Tetapi marilah kita mendengarkan himbauan Santo Paulus kepada kita, “Aku menasihati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup.”  Dengan permintaan ini Rasul Paulus mengangkat seluruh umat manusia pada tingkat imam: “untuk mempersembahkan hidupmu sebagai persembahan yang hidup.”

Sungguh khas tugas imamat kristiani.  Sebab di situ manusia sekaligus menjadi imam dan korban.  Di situ orang tidak mencari sesuatu di luar dirinya untuk dikorbankan kepada Tuhan.  Di situ orang membawa bersama dirinya, dalam dirinya, dan untuk dirinya: suatu korban bagi Tuhan.  Di situ korban tidak pernah dilebur, dan imam tidak pernah menyelesaikan tugasnya.  Di situ korban disembelih tetapi tetap hidup; imam yang mempersembahkan korban tidak dapat menghabisi perbuatannya.  Sungguh korban yang menakjubkan!  Tubuh dikorbankan tanpa tubuh, darah dikorbankan tanpa darah!  “Aku menasihati kamu, supaya mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup.”

Saudara-saudaraku, korban ini mengikuti teladan Kristus, yang dengan hidup-Nya mengorbankan tubuh-Nya untuk keselamatan dunia.  Ia sungguh menjadikan tubuh-Nya korban yang hidup, sebab meskipun dibunuh, Ia tetap hidup.  Demikian dengan korban ini maut dijadikan tak berdaya, korban berlangsung terus; korban hidup, maut dihukum.  Demikian para martir dilahirkan dalam kematian, mulai justru pada saat akhir, hidup justru pada saat datangnya kematian.  Mereka disangka padam di bumi, tetapi bercahaya di surga.

“Aku menasihati kamu, Saudara-saudara, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang suci.”  Kata-kata ini mengumandangkan kidungan nabi, “Korban dan persembahan tidak Kauinginkan, tetapi Engkau menyiapkan tubuh bagi-Ku.”

Karena kamu itu manusia, jadilah korban bagi Tuhan, dan sekaligus imam-Nya.  Janganlah kamu sia-siakan keistimewaan yang diberikan kepadamu oleh kekuasaan Tuhan.  Kenakanlah pakaian kesucian; ikatkanlah ikat pinggang kemurnian.  Hendaklah Kristus menjadi tutup kepalamu, dan bawalah selalu salib-Nya pada dahimu untuk melindungimu.  Tempatkan pada dadamu sakramen pengetahuan ilahi.  Jagalah agar dupa doa yang harum mewangi selalu mengepul.  Peganglah dalam tanganmu pedang Roh.  Bangunlah altar hatimu, dan bawalah tanpa takut tubuhmu sebagai persembahan kepada Tuhan.

Tuhan mencari imanmu, bukannya kematianmu.  Ia haus akan doamu, bukan akan darahmu.  Ia diperdamaikan dengan cintamu, tidak dengan kematianmu.