PEKAN IV PASKAH – RABU
Manusia bersatu dengan Allah
karena penjelmaan Sang Sabda dan Sakramen Ekaristi
Pembacaan dari uraian St. Hilarius tentang Tritunggal
Sabda sungguh menjadi daging, dan kita sungguh menyambut Sabda yang telah menjadi daging! Kalau demikian halnya, mengapa kita tidak akan mengakui, bahwa Ia dengan sendirinya tinggal di dalam kita? Sebab ketika Ia lahir sebagai manusia, Ia mengambil kodrat manusia kita sedemikian rupa, hingga menjadi tak terpisahkan lagi dari diri-Nya. Ia menggabungkan kodrat manusia dan kodrat keallahan-Nya dalam Sakramen tubuh-Nya, di mana kita diikutsertakan oleh-Nya. Demikian kita semua menjadi satu, karena Bapa ada di dalam Kristus, dan Kristus ada di dalam kita. Ia ada di dalam kita dengan tubuh-Nya, dan kita ada di dalam Dia; dan karena dipersatukan dengan Dia, maka kita ini ada di dalam Bapa.
Kata-kata-Nya sendiri menyatakan, bahwa kita ada dalam Dia karena kita bersatu dengan tubuh dan darah-Nya di dalam Sakramen Ekaristi. “Dunia ini tidak akan melihat Aku lagi! Tetapi kamu akan melihat Aku, karena Aku hidup, dan kamu juga akan hidup. Sebab Aku ada dalam Bapa, dan kamu ada dalam Aku, dan Aku di dalam kamu.” Jika Ia hanya menginginkan kita berpikir tentang kesatuan kehendak, mengapa Ia berbicara tentang semacam tingkatan-tingkatan yang harus kita lalui? Sungguh, Ia ingin mengajarkan hal ini kepada kita: Ia ada di dalam Bapa karena kodrat ilahi-Nya, kita di dalam Dia karena kelahiran-Nya dalam tubuh manusiawi, dan Ia ada lagi di dalam kita karena misteri sakramen-sakramen. Di sini kita dapat belajar adanya kesatuan, yang dicapai oleh Pengantara: Kita ada di dalam Dia, ada di dalam Bapa, dan tinggal di dalam Bapa, dan Ia tinggga di dalam kita. Dengan jalan ini kita mencapai kesatuan dengan Bapa. Sebab Kristus ada di dalam Bapa menurut kodrat; kemudian karena kelahiran-Nya, kita juga di dalam Kritus menurut kodrat, karena Ia tinggal di dalam kita menurut kodrat.
Kita dapat mengerti, betapa padu persatuan menurut kodrat ini dari kata-kata-Nya sendiri, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku tinggal di dalam dia.” Tidak ada orang tinggal di dalam Kristus, kalau Kristus tidak tinggal di dalam dia: sebab Kristus hanya mengambil dalam diri-Nya daging mereka, yang menyambut daging-Nya. Ia lebih dulu telah mewahyukan sakramen kesatuan sempurna ini kepada kita, ketika Ia berkata, “Seperti Bapa yang hidup mengutus Aku, dan Aku hidup karena Bapa, demikian pula barangsiapa makan daging-Ku, akan hidup karena Aku.” Ia hidup karena Bapa, dan seperti Ia hidup karena Bapa, kita hidup karena daging-Nya.
Setiap persamaan itu dipilih untuk menolong pengertian kita, hingga kita dapat menangkap apa yang dibicarakan dengan suatu contoh. Inilah kenyataan-kenyataan tentang hidup kita: Karena kita dijadikan dari daging, maka Kristus tinggal di dalam diri kita lewat daging-Nya: Dengan demikian kita dapat hidup karena Dia atas dasar yang sama, seperti Ia hidup karena Bapa.