26 April 2024

PEKAN IV PASKAH – JUMAT


Banyak lorong, satu jalan saja
 Pembacaan dari surat Paus Klemens I kepada umat di Korintus

 

Inilah jalannya, sahabat-sahabatku tercinta, kalau kita ingin menemukan keselamatan kita!  Yakni Yesus Kristus, imam agung, yang mengantarkan persembahan kia, dan pelindung yang membantu kelemahan kita.  Lewat Dia kita dapat memandang sampai ke puncak ketinggian surga dan melihat kesempurnaan wajah Tuhan yang tak ada taranya seperti di dalam cermin.  Lewat Dia mata hati kita terbuka, dan pengertian kita yang samar serta kabur merekah bagaikan bunga menghadapi sinar terang; sebab lewat Dia, Tuhan mengijinkan kita merasakan kebijaksanaan yang sejak keabadian.  Ia adalah cahaya kemuliaan Allah!  Dia jauh lebih besar dari pada para malaikat!  Maka sebutan yang diwarisi-Nya pun jauh lebih tinggi.

Oleh karena itu, Saudara-saudara, marilah kita tegas meneruskan perjuangan kita di bawah pimpinan-Nya yang tidak dapat keliru.  Ingatlah akan orang-orang yang bertugas di bawah pimpinan-Nya di medan perang; ingatlah pula akan kepatuhan mereka yang cepat dan tepat di dalam tugas kewajiban mereka.  Tidak semuanya mereka itu marsekal, jendral, kolonel, kapten, atau sebangsanya; tetapi setiap orang pada tingkatannya melaksanakan perintah kaisar dan para panglima.  Sebab yang besar tidak dapat bergerak tanpa yang kecil, dan yang kecil tidak dapat tanpa yang besar.  Setiap kesatuan hidup itu terdiri dari berbagai unsur yang berbeda-beda; dan inilah yang menjamin kesejahteraan keseluruhan.

Ambillah tubuh sebagai contoh!  Kepada tidak ada artinya tanpa kaki, dan kaki tidak ada artinya tanpa kepala.  Bahkan anggota-anggota tubuh kita yang paling kecil perlu dan berguna bagi keseluruhan tubuh; tetapi kesemuanya bekerja sama dan patuh pada pimpinan di tiap tingkatan, yang mengatur seluruhnya, sehingga tubuh sendiri terjamin keutuhannya.

Maka, tubuh kita, yang merupakan ikatan kerja sama ini, juga akan dijamin keutuhannya dalam Kristus Yesus, asal setiap dari kita memberikan kepada sesama apa yang sesuai dengan anugerah rohani yang ada pada kita.  Yang kuat tidak boleh melupakan yang lemah, dan yang lemah harus menghargai yang kuat.  Orang kaya harus mencukupi kebutuhan orang miskin, dan orang miskin harus bersyukur kepada Tuhan, karena Ia memberikan orang untuk mencukupi kebutuhannya.  Orang yang bijaksana hendaklah menunjukkan kebijaksanaannya lewat perbuatan, tidah hanya dengan kata-kata; sedangkan bagi orang sederhana, biarlah orang lain berbicara tentang kesederhanaannya, jangan dia sendiri yang menyebut-nyebut keadaannya.  Demikian juga kalau seseorang murni dalam tubuhnya, janganlah ia membanggakan diri tentang hal itu, karena ketahuilah, bahwa kemampuan untuk menguasai nafsunya itu diberikan oleh kuasa lain.

Saudara-saudara coba perhatikan semua unsur-unsur yang menyusun diri kita ini.  Coba, kita ini apa, dan kita ini siapa, sewaktu pertama kali datang di dunia?  Yang membentuk kita dan Pencipta kita mengeluarkan kita dari kegelapan masuk di alam raya ini seperti keluar dari makam.  Bahkan sebelum kita lahir, Ia sudah siap dengan karunia kebaikan-Nya bagi kita.  Dalam segala kita berhutang budi kepada Dia; maka dengan pertimbangan apa pun juga kita memikul kewajiban untuk mengucap syukur kepada-Nya.  Kemuliaan bagi-Nya untuk selama-lamanya.  Amin.