Sang Pokok Anggur

Hari ini Tuhan Yesus berkata “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapakulah pengusahanya.  Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.  Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:1,5).  Bagaimana kita tinggal di dalam Yesus dan Yesus tinggal di dalam kita?

Sesudah kebangkitan-Nya, Yesus menjadi pokok anggur dan kita ranting-rantingnya.  Ini terjadi berkat anugerah Roh Kudus yang dicurahkan-Nya kepada kita melalui pembaptisan.  Roh Kudus yang menyembuhkan kita dari luka dosa serta memberi kekuatan untuk melawan daya dosa serta mengantar kita kepada Bapa, sumber kehidupan.

Kita juga perlu memahami arti kata “tinggallah” yang diucapkan Yesus kepada kita.  Semua orang tanpa kecuali merasakan suatu kebutuhan untuk “tinggal di rumah,” tempat ia dapat merasakan suatu ketenangan, kenyamanan, sukacita dan damai.  Tempat berada bersama sebagai “orang-orang terkasih”, itulah sesungguhnya arti tawaran Yesus untuk tinggal.  Dan inilah yang dialami murid-murid pertama Yesus: Yohanes Penginjil dan Andreas di awal perjumpaan serta kebersamaan mereka dengan Yesus menemukan kerinduan hati mereka yang terdalam.  Mereka telah mengalami berada bersama dengan Yesus sebagai pribadi yang dikasihi oleh cinta kasih Allah yang tak terbatas.

Yesus Putra Sulung telah memberikan hidup-Nya bagi keselamatan dan kebahagiaan kita.  Dia berkenan tinggal bersama kita sebagai Sahabat, Guru dan Tuhan kita yang penuh kasih.

Sesungguhnya, Dialah “rumah” tempat tinggal kita yang sejati.  Di dalamnya kita dapat beristirahat.  Di sanalah sukacita dan kebahagiaan kita.  Namun pada kenyataannya, kita seringkali memilih untuk tidak “tinggal di dalam-Nya” melainkan berkeliaran di luar rumah tanpa arah tujuan.  Dengan demikian seringkali, kita menolak anugerah sebagai ranting-ranting dari Sang Pokok Anggur.

 

Maka marilah kita mohon Roh Kudus agar kita dimampukan untuk tinggal di dalam “rumah” yang adalah Yesus sendiri, sehingga kita semakin mengenali Yesus dan mencintai-Nya sebagai sumber keberadaan serta kebahagiaan kita.  Semoga kita membiarkan diri sepenuhnya dibimbing oleh Roh-Nya yang telah dianugerahkan kepada kita berkat sengsara, wafat serta kebangkitan-Nya.