Gedono
2 Mei 2024

Peringatan St. Atanasius

(Uskup dan Pujangga Gereja)


Penjelmaan Sang Sabda
Pembacaan dari uraian St. Atanasius

 

Sabda Allah, yang tidak berbadan, tidak dapat binasa dan tidak berbahan, turun ke dunia.  Tidak berarti bahwa sebelumnya Ia jauh, sebab tidak ada bagian dari ciptaan yang sekali pernah tanpa Dia.  Bersama dengan Bapa, Ia memenuhi segala.

Ia datang penuh cinta kepada kita dan secara terbuka menyatakan diri-Nya kepada kita, Ia menaruh belas kasih kepada kita serta keselamatan kita, dan Ia tergerak hatinya karena menyaksikan kebinasaan yang menimpa pada diri kita, hingga Ia tidak dapat membiarkan maut menguasai kita lebih lama lagi.  Seandainya maut menang, ciptaan akan hilang, dan karya Bapa membentuk manusia akan menjadi sia-sia.  Karena Ia tidak menginginkan hanya ada di dalam tubuh saja, atau hanya hidup sebagai bayangan, ia mengambil kodrat, yang tidak ada bedanya dengan kodrat kita.

Ia membangun kanisah bagi diri-Nya, suatu tubuh, yaitu di dalam Perawan, dan demikian Ia sendiri membuat alat untuk bertinggal dan memperkenalkan diri.  Dengan demikian Ia mengambil tubuh dari kita seperti tubuh kita ini, dan karena semua manusia dikuasai oleh kebinasaan maut, Ia menyerahkan tubuh-Nya kepada maut untuk semua manusia, dan mempersembahkan itu kepada Bapa dengan penuh cinta demi kita.  Maksudnya ialah: karena semua manusia mati di dalam Dia, maka hukum maut, yang berlaku untuk semua manusia harus ditiadakan.  Maut untuk terakhir kalinya berkuasa dalam tubuh Tuhan, dan kemudian tidak akan berdaya lagi terhadap manusia lain, sesama-Nya.  Untuk mengubah manusia dari kebinasaan menjadi tidak dapat binasa dan membebaskan mereka dari maut untuk hidup, Ia sendiri menghancurkan maut, seperti api membakar jerami, dengan penjelmaan-Nya dan kebangkitan-Nya yang mulia.

Ia sendiri mengenakan tubuh yang dapat mati, yang karena dipersatukan dengan Sabda, yang menguasai segala, akan memenuhi segala tuntutan maut bagi semua manusia; karena Sabda yang ada di dalamnya, tubuh akan tetap tidak dapat binasa, dan karena rahmat kebangkitan, kebinasaan akan kehilangaan dayanya terhadap semua manusia untuk selanjutnya.  Ia menyerahkan tubuh ini kepada maut sebagai persembahan, korban tanpa noda, dan dengan mempersembahkan tubuh sendiri Ia segera mengusir maut jauh dari tubuh kita.

Demikian Sabda Allah yang melampaui segala, mempersembahkan kenisah-Nya sendiri, yaitu tubuh-Nya, demi kehidupan semua orang, dan dengan kematian-Nya ia membayar hutang yang dituntut.  Dipersatukan dengan kita semua karena tubuh manusia, yaitu tubuh-Nya, Putra Allah mendandani kita semua, hingga tidak dapat mati, karena janji tentang kebangkitan.  Bahkan kebinasaan dalam kematian tidak berkuasa lagi atas manusia, karena Allah yang berdiam di dalam tubuh di antara mereka.

 


Atanasius lahir di Alexandria, Mesir, pada tahun 295.  Pelayanan dan pengabdiannya pada Gereja dimulai pada saat ia menjadi diakon dan sekretaris pribadi Uskup Alexander.  Ketika Konsili Nicea berlangsung pada tahun 325, ia tampil sebagai teolog muda yang menemani Uskup Alexander dalam melawan ajaran Arius, yang mengatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah Anak Allah tetapi hanya ciptaan yang diilahikan.  Oleh Konsili Nicea, Arius dan ajarannya ini dinyatakan sesat dan dikutuk.  Namun, para pengikutnya tetap berkembang.  Oleh karena itu, ketika Uskup Alexander wafat, dan Atanasius dipilih untuk menggantikannya sebagai uskup Alexandria, ia dengan gigih melawan mereka.  Ia menegaskan dan membela mati-matian ajaran Gereja yang benar bahwa Yesus Kristus itu sungguh-sungguh Anak Allah dan sehakikat dengan Bapa.  Karena kegigihannya dalam membela ajaran Gereja ini, Atanasius sampai enam kali diasingkan oleh para Kaisar yang menganut Arianisme.  Baru pada tahun 366, ia diperkenankan tinggal menetap di keuskupannya sampai pada saat wafatnya pada tahun 373.