Pertemuan Dua Kerinduan

Bacaan Injil hari ini sangat indah, “Seperti Bapa mengasihi Aku demikian juga Aku telah mengasihi kamu, tinggallah dalam kasih-Ku.”  Allah mempunyai kerinduan yang besar, lebih besar daripada kerinduan kita untuk menerimanya.  Dia rindu menganugerahkan hidup kepada kita, mencurahkan kasih-Nya dalam hati kita.  Untuk itu Dia telah berinisiatif untuk menaburkan benih kerinduan ini ke dalam hati kita sehingga kita pun merindukan Dia.  Tuhan telah mencari kita dalam waktu yang lama, mulai dari sejak permulaan segala sesuatu.  Sekarang dua kerinduan ini yaitu kerinduan Allah dan kita bertemu satu sama lain.

Persahabatan mulai ketika kasih dibagikan, ketika kecondongan seseorang bertemu dengan kecondongan yang lain, adanya suatu relasi timbal balik.  Allah memanggil kita ke dalam persahabatan ini, tetapi Dia tidak dapat menetapkan persahabatan antara diri-Nya dengan kita tanpa persetujuan kita.  Manusia sangat haus akan hidup yang sejati namun ia tidak tahu bagaimana memuaskan kehausannya ini.  Allah haus memberi kita air hidup, seperti yang dinyatakan-Nya kepada wanita Samaria, “Jikalau kamu tahu anugerah-anugerah Allah, niscaya kamu akan meminta kepada-Nya dan Dia akan memberi air hidup.  Barangsiapa minum air ini, tidak akan haus lagi.”

Untuk bertemu dengan kerinduan Allah ini, sebaiknya kita mendengarkan di tempat yang tepat.  Kita harus mengheningkan suara-suara ribut dari luar dan mendengarkan dengan penuh perhatian suara air kehidupan yang berbunyi dengan lembut di kedalaman hati kita.  Suara ini berbisik dengan lembut, “Aku mengasihimu, tinggallah dalam kasih-Ku… tak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang menyerahkan hidup-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya, kamu adalah sahabat-Ku.” Betapa indah mendengar suara ini yang berbisik di kedalaman hati kita.  Marilah kita mengikuti nasehat Bapa kita, Santo Benediktus, yang menasehati kita untuk mendengarkan dengan penuh perhatian.  “Ausculta!” itulah kata pertama dalam peraturannya yang ditulis untuk para rahib-rubiah.  Kata ini sangat penting.  Kita perlu mendengarkan dengan sepenuh hati, suara Dia yang terus berkata dengan lembut, “Aku mengasihimu, apapun dan bagaimanapun keadaanmu, Aku tetap mengasihimu dan mengampunimu, tinggallah dalam kasih-Ku itu.”

Marilah kita mendengarkan dengan hati, melihat dan mengalami betapa Dia sangat merindukan kita, Dia haus bersahabat dengan kita.  Dan sesungguhnya kita pun haus dan merindukan Dia, maka marilah kita ambil waktu setiap hari untuk tinggal dalam keheningan, merasakan dan mengalami dua kerinduan ini bertemu dalam kasih yang sangat intim.