Gedono
15 Mei 2024

Peringatan Santo Pakomius

(Abas)


Pertobatan Pakomius
 Pembacaan dari Riwayat Hidup Santo Pakomius

 

Mesir berada dibawah kekuasaan Romawi.  Kaisar Konstantinus Agung adalah kaisar pertama yang beragama Kristen.  Pada waktu itu Pakomius berumur sekitar 20 tahun, ia seorang militer karena perintah wajib militer yang diadakan secara besar-besaran di Mesir.

Sewaktu ia dipenjarakan di kota Antinoe, pada suatu sore ia melihat penduduk kota tersebut membawa makanan ke penjara untuk diberikan kepada para tahanan karena merasa iba atas penderitaan-penderitaan mereka tersebut.  Melihat orang-orang baik hati tersebut, Pakomius merasa heran dan bertanya kepada temannya: “Siapakah mereka?  Mengapa mereka bersikap baik dan ramah, sedangkan mereka tidak mengenal kita?”  Temannya menjawab: “Mereka adalah orang-orang kristen yang melakukan perbuatan kasih demi kerajaan surga.”

Pakomius sangat terkesan atas peristiwa itu, malamnya ia berdoa semalaman kepada Tuhan, katanya: “Semoga kebaikan-Mu itu juga sampai kepadaku dengan segera, ya Tuhan, Allah segala orang kudus.  Selamatkanlah aku dari penderitaan ini dan aku akan mengabdi kepada-Mu seperti mereka seumur hidupku.”

Karena pergolakan politik sudah selesai, Kaisar Konstantinus Agung membebaskan para tahanan.  Mereka kembali ke daerah masing-masing, tetapi Pakomius tidak kembali ke rumahnya.  Ia menuju ke Senaset, sebuah desa terpencil di mana orang tinggal disitu.  Di dekat sebuah sungai, ditemuinya sebuah kuil kecil bernama kuil Serapide yang sudah tidak terpakai lagi.  Selagi ia berdoa disitu Roh Tuhan mengilhaminya: “Tinggallah disini dan berjuanglah.”

Kemudian ia memutuskan untuk tinggal di situ, menanam beberapa sayuran untuk dirinya dan memberikannya kepada orang-orang miskin yang tinggal di sekitarnya.  Pakomius suka bergaul dan berbicara dengan ramah kepada orang-orang yang datang kepadanya.  Ia menerima pembaptisan di Gereja desa tersebut.  Malam hari sesudah dibaptis, ia menerima penglihatan, banyak embun turun dari langit berkumpul di atas kepalanya.  Embun tersebut membeku dan berubah menjadi madu tertumpuk di sebelahnya.  Sementara ia memperhatikan tumpukan tersebut, perlahan-lahan dilihatnya madu itu mencair dan membasahi tanah seluruhnya.  Ia terkejut dan mendengar suara: “Pakomius, mengertikah engkau makna semua itu, yang akan terlaksana dalam waktu dekat?”

Penglihatan itulah yang mendorong pada panggilannya.  Sejak saat itu ia selalu berusaha berbuat kasih kepada setiap orang yang dijumpainya dan ia menjadi terkenal karena kebaikan hatinya.  Ia tinggal 3 tahun di tempat itu, tetapi lama-kelamaan ia mulai terganggu dengan orang-orang yang datang kepadanya.  Ia ingin menjadi seorang rahib.  Ketika mendengar bahwa di dekat daerah itu ada seorang rahib anakorit yang dikenal saleh, ia mengunjunginya agar diterima menjadi muridnya.  Waktu ia mengetuk pintu, rahib itu menjawab dengan tidak ramah: “Mengapa kamu mengetuk pintu?  Apa yang kamu inginkan?”  Jawab Pakomius: “Saya ingin menjadi murid Aba!”  Orang tua tersebut menjawab: “Yang kamu cari itu bukan hal yang sederhana.  Banyak yang datang kesini tetapi tidak bisa bertahan dalam penderitaan menjalani latihan-latihan keutamaan, dan akhirnya mereka kembali.  Maka kembalilah ke rumahmu, tetapi sebelumnya saya akan mengatakan ukuran-ukuran kehidupan seorang rahib yang harus dihayati!”

Lalu dikatakannya semua aturan seorang rahib yang ingin mengikutinya.  Mendengar penjelasan rahib tua itu, Pakomius berkata: “Dengan pertolongan rahmat Tuhan serta doa-doa Aba yang suci semoga saya bisa melaksanakannya.”  Mendengar jawaban itu Aba Palomone merasa senang lalu diciumnya Pakomius dan sejak itu Pakomius diterima sebagai muridnya.

 


Pakomius lahir di Mesir tahun 292 dan meninggal pada 9 Mei 348.  Ia adalah tokoh penting pada masa monastik awal karena memperkenalkan pola hidup senobit yang kemudian banyak diikuti oleh kaum asket.  Pakomius menjalankan hidup membiaranya di Thebes, hulu Sungai Nil.  Perjumpaannya sekitar tahun 312-313 di Thebes dengan sekelompok orang Kristen menjadi pengalaman yang membekas dalam kehidupannya.  Ia pun bernazar akan menyerahkan seluruh waktunya untuk Allah dan untuk melayani sesama.  Ketika Pakomius memilih untuk menjadi rahib, ia turut dimotivasi oleh tiga orang sahabatnya yaitu Palamon, Hieracapollon dan Yohanes.