“Hidup Dalam Roh”
Berkat Sakramen Pembaptisan, kita telah diangkat menjadi anak-anak Allah. Kita ingin dan memang benar, kita harus hidup sebagai anak Allah. Bukankah seluruh hidup kita sebagai seorang Katolik merupakan proses panjang supaya kita dijadikan ciptaan baru? Supaya bukan lagi “aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam diriku.” Di sinilah kita berhadapan dengan kenyataan sulit. Sulit karena dirasakan sebagai pertentangan. Di satu sisi, kita mengalami ada berbagai keinginan dagingiah dan dunia. Di sisi lain, ada keinginan hidup ilahi yang dimeteraikan dalam diri kita.
Tetapi kalau kita sungguh ingin agar Kristus hidup dalam diri kita, persetujuan kita sudah merupakan langkah yang tidak akan mengecewakan. Roh Kudus, yang diberikan kepada kita sebagai Penolong, tidak akan tinggal diam. Dia akan segera menyambut, memeluk bahkan menggendong kita. Dia adalah Kasih, Hidup dan Terang. Dia adalah Allah. Dia akan terus menerus membantu dengan memberi dorongan-dorongan kepada kehendak serta menerangi akal budi kita supaya kita dapat hidup sesuai dengan identitas kita yang sejati.
Maka kuncinya: biarkanlah dirimu dipimpin, dibimbing dan diubah oleh Roh Kudus – suatu keadaan pasif yang menuntut kepekaan aktif untuk mendengarkan, menerima dan menanggapi. Kita bisa mengenali-Nya melalui aktivitas-Nya: memberi kebijaksanaan, pengertian, nasehat, kekuatan, pengetahuan, ketakwaan. Dan bila kita mengikuti apa yang sedang dikerjakan Roh Kudus, Ia sendiri yang akan menciptakan kita secara baru, dengan sifat-sifat yang digambarkan Yesus dalam Sabda Bahagia: kemiskinan dalam roh, lapar akan keadilan, kelemahlembutan, belas kasihan, air mata, kemurnian hati, damai – itulah Wajah Kristus sendiri, Kasih yang Menjelma.
Datanglah ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu dan nyalakanlah di dalamnya api cinta kasih-Mu. Utuslah Roh Kudus dan kami akan diciptakan lagi dan seluruh muka bumi akan dibarui.