Devosi kepada Hati Kudus Yesus sudah berlangsung berabad-abad. Banyak orang kudus yang mencintai devosi ini diantaranya adalah St. Gertrudis Agung dari Helfta, St. Yohanes Eudes, dan pada tahun 1675 St. Margaret Mary Alacoque menerima pesan dari Yesus sendiri yang menghendaki sebuah perayaan untuk menghormati Hati Kudus-Nya. Akhirnya tahun 1856, Paus Pius IX menetapkan hari Jumat sesudah perayaan Tubuh dan Darah Kristus, sebagai Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus.
Mengapa Yesus menghendaki kita memperingati Hati Kudus-Nya? Rupanya Tuhan ingin umat-Nya mengenali hati-Nya – hati Bapa-Nya dan percaya kepada-Nya. Seperti apakah hati-Nya?
Kitab Nabi Hosea bab 11 menggambarkan dengan jelas hati Allah. Ayat pembuka menggambarkan kasih Allah bagi Israel: “Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.” Namun Israel menanggapi kasih Allah dengan acuh tak acuh bahkan dengan tanpa rasa syukur. Allah mengeluh, “Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku.” Namun demikian Allah tidak pernah menyerahkan Israel kepada musuh-musuhnya karena hati Allah berbalik dalam diri-Nya dan belaskasih-Nya bangkit (ayat 8). Hati Allah terbakar oleh belas kasih!
Liturgi hari ini menggambarkan kasih Allah yang dicurahkan kepada umat manusia. Kasih penuh misteri yang dalam Perjanjian Baru digambarkan sebagai kasih tanpa batas bagi umat manusia. Allah tidak menyerah di hadapan penolakan dan sikap tidak bersyukur umat-Nya, melainkan dengan belas kasih tanpa batas, Allah mengutus Putra-Nya untuk menanggung kedosaan manusia sehingga dengan mengalahkan kuasa setan dan kematian, Allah dapat mengembalikan umat manusia yang diperbudak oleh dosa kepada martabat luhurnya sebagai putra-putri Bapa.
Marilah kita semakin percaya dan menyerahkan diri dengan segala kelemahan dan dosa kita kepada hati Allah. Belas kasih-Nya akan mengubah kita dan memampukan kita mengasihi Allah dan sesama.