27 Juni 2024

PEKAN BIASA XII – KAMIS


Tuhan bagaikan karang padas yang tak terhampiri
Pembacaan dari Homili St. Gregorius dari Nissa tentang Sabda Bahagia

 

Sabda-sabda Tuhan yang teramat mulia mengangkat aku ke ketinggian yang menyerupai puncak sebuah gunung.  Dari ketinggian itu aku memandang ke bawah ke kedalaman tak terlukiskan dari pikiran-pikiran-Nya, maka aku mengalami seperti orang yang memandang dari puncak karang yang tinggi ke dalam lautan luas di bawahnya.  Dari pantai orang kerap melihat ada gunung yang menghadap ke laut.  Tebingnya seakan terpotong lurus dari atas sampai ke dasarnya dan puncaknya menjulang tinggi di atas laut yang dalam.  Apabila orang memandang dari puncak yang begitu tinggi ke dalam laut di bawah, ia akan pusing kepala.

Demikianlah sekarang keadaan jiwaku, yang diangkat dari tanah oleh sabda agung dari Tuhan: “Berbahagialah yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”  Pandangan Allah dijanjikan kepada orang yang telah dimurnikan hatinya.  Tetapi Yohanes, Rasul agung,  mengatakan bahwa  tidak pernah ada orang yang melihat Allah.  Dan Paulus menguatkan pernyataan ini, dengan berkata, “Allah adalah Dia yang tak seorang pun pernah melihat  atau dapat melihat.”

Dialah batu karang yang licin, terjal, dan tidak dapat memberi dasar bagi pemikiran kita! Juga Musa dalam ajarannya menyatakan bahwa Allah begitu tak terjangkau, hingga pikiran kita tidak dapat mendekati-Nya dari mana pun juga.  Segala kemungkinan untuk memahami-Nya sudah dilenyapkan dengan peniadaan tegas ini, “Tidak ada orang dapat melihat Allah dan tetap hidup.”  Tetapi, melihat Allah adalah hidup kekal!

Di lain pihak, tiang-tiang iman, yaitu Yohanes, Paulus, dan Musa, menyatakan bahwa hal itu tidak mungkin.  Sadarkah kalian akan kepeningan jiwamu yang ditarik untuk mengkontemplasikan pernyataan itu? Apabila Allah itu kehidupan, maka manusia yang tidak melihat Dia, tidak melihat kehidupan.  Para nabi dan para rasul yang diilhami  Tuhan memberi kesaksian, bahwa Allah tidak dapat dilihat.  Bukankah dengan demikian lenyaplah sudah harapan manusia?

Tidak! Karena Tuhan menegakkan kembali dan mendukung harapan yang mau runtuh ini, seperti yang dilakukan-Nya terhadap Petrus. Ketika Petrus dalam bahaya hampir tenggelam, Tuhan mengangkatnya kembali ke atas air yang dipadatkan di bawah kakinya.  Begitu pula terjadi pada kita.  Tangan Sabda diulurkan kepada kita juga saat kita lepas dari tempat berpijak, terpukul dan kehilangan keseimbangan.  Maka kita tidak akan takut lagi, karena kita dipegang kuat-kuat oleh tangan Sang Sabda.  Sabda-Nya, “Berbahagialah yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah!”