Keindahan ciptaan dan khususnya keindahan dari penciptaan manusia, pria dan wanita sebagai subyek pribadi yang bebas adalah anugerah yang telah kita terima dari Allah, pencipta kita. Pria dan wanita diciptakan setara tetapi berbeda untuk saling memberi diri sebagai anugerah satu demi yang lain dan saling melengkapi.
Kepenuhan hidup tergantung pada Tuhan, tidak pada kemampuan manusia. Kita akan mencapai kepenuhan diri kita sesudah kematian, dalam kepenuhan Allah yang telah memanggil kita untuk mengambil bagian dalam kehidupan-Nya yang tanpa batas. Allah telah menganugerahkan keselamatan untuk setiap orang melalui panggilan hidup masing-masing. Bila kita mengikuti panggilan itu, kita merasa bahagia.
Allah telah menciptakan pria dan wanita dengan keunikannya yang istimewa. Misalnya seorang wanita yang secara kodrati dipanggil untuk menjadi ibu dengan menerima hidup baru di dalam rahimnya; ia mengandung, melahirkan, merawat dan membesarkannya, ia hadir secara nyata bagi yang lain. Baginya hidup menjadi suatu kesempatan perjumpaan dengan pribadi lain sedemikian rupa sehingga kepribadian masing-masing bertumbuh.
Yesus menebus dan menciptakan kembali relasi yang telah dirusakkan oleh dosa. Dia datang ke dunia untuk memperlihatkan keluhuran martabat manusia yang diciptakan menurut citra Allah, untuk memulihkan dan mengajarkan bagaimana kita sebagai pria dan wanita dapat hidup saling melengkapi dengan saling menerima keunikannya masing-masing, saling berelasi secara mendalam sebagai pribadi-pribadi yang berakal budi, yang dipanggil pada kepenuhan hidupnya di dalam Allah.
Apakah kita telah masuk ke dalam hati kita untuk menghadirkan Yesus dalam relasi-relasi kita? Apakah kehadiran kita membawa kehidupan?