Bapa kita dan Peraturannya

 

Hari ini kita merayakan Hari raya Santo Benediktus, bapa pendiri dan pembuat peraturan hidup monastik Benediktin. Dalam Injil yang dipilih untuk merayakan Santo Benediktus ( dari Matius 19: 23-30) dinyatakan bahwa kemampuan untuk masuk dalam kerajaan surga dengan jasa sendiri sama sekali tidak mungkin.  Kalau tidak mungkin bagi manusia, mengapa menyusahkan diri dengan mencoba?  Hanya ada dua reaksi terhadap kata-kata Yesus itu: putus asa atau mempercayakan diri sepenuh-penuhnya kepada Dia karena bagi Dia tidak ada yang mustahil.  Kalau kita tidak lagi bersandar pada milik, karier, jasa sendiri, prestasi moral sendiri, kebenaran sendiri….kalau semuanya ditinggalkan untuk bersandar hanya pada iman akan Yesus dan Bapa-Nya dalam Roh….maka kita akan mengalami kelimpahan seratus kali lipat dan kehidupan kekal.  Yaitu, kita akan makin bebas dalam kepercayaan akan kasih-Nya daripada terbelenggu dalam kecemasan hati sendiri.

Bapa Benediktus mengajar kita untuk hidup dalam kesadaran terus menerus akan Allah yang hadir – Allah yang menyayangi kita karena Dia baik hati.  Kadang-kadang orang yang membaca peraturannya mendapat kesan bahwa ada terlalu banyak “jangan-jangan” dan “harus-harus” yang keras dan ketat.  Tetapi kalau dibaca secara lebih mendalam, pengajaran Bapa Benediktus dan seluruh tradisi Benediktin yang diwariskan dari abad- keabad menyampaikan suatu kebijaksanaan kristiani yang penuh kemanusiaan.

“Jangan kuatir, janganlah takut, Allah cinta padamu.  Allah menciptakan kamu karena kasih-Nya yang besar agar kamu dapat mengenal dan menikmati kasih-Nya dan bahagia bersama Dia untuk selama-lamanya.  Jauhkanlah dari hatimu kecemasan, kesedihan, keprihatinan, ketakutan.  Meskipun dunia ini kacau, penuh kekerasan, ketidakadilan dan penderitaan: Janganlah takut! Semua berada dalam tangan Bapa.  Semuanya akan ditanggung Dia – sudah ditanggung Yesus.  Kamu tidak diminta menyelesaikan masalah-masalah dunia, masyarakat, Gereja, keluargamu, komunitasmu. Kamu tidak diminta menyelesaikan masalah hatimu sendiri, karena hanya akan menjadi tambah kacau.  Hanya satu hal yang diminta: “Percayalah! Hanya itu tugasmu.  Bukalah hatimu, arahkanlah pikiranmu kepada Cahaya Sejati Belaskasih-Nya dan kamu akan menemukan damai-Nya.”

Marilah kita bersyukur atas undangan Bapa Benediktus ini yang meminta kita untuk mempercayakan hidup kita dan segala-galanya kepada Dia yang sanggup menyelesaikan segala perkara dengan bijaksana.  Dialah Sang Kebijaksanaan itu sendiri yang mampu berbuat jauh melebihi  yang kita pikirkan dan bayangkan. Percayalah!