22 Juli 2024

Pesta St. Maria Magdalena


Ia merindukan Kristus, yang disangka diambil orang
Pembacaan dari homili Paus Gregorius Agung tentang Injil

 

Ketika Maria Magdalena datang ke makam dan tidak menemukan tubuh Tuhan, ia mengira bahwa tubuh dibawa orang dan ia pergi memberitahukan itu kepada para rasul.  Mereka datang, melihat, dan percaya, bahwa sungguh nyata terjadi seperti yang dituturkan Maria Magdalena kepada mereka.  Kisah Injil mengatakan seterusnya, “Lalu pulanglah kedua murid ke rumah.  Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu, menangis.”

Di sini kita harus berhenti sebentar merenungkan cinta hati wanita yang bernyala-nyala ini, hingga ia tidak mau meninggalkan kubur Tuhan, meskipun murid-Nya sendiri sudah pergi.  Ia terus mencari Dia, yang tidak dapat ditemukannya.  Dengan mencucurkan air mata ia tetap mencari.  Dan berkobar dalam cinta ia merindukan Dia yang dikira sudah dibawa orang.  Maka terjadilah bahwa ia sendiri melihat Dia, ia yang tinggal mencari Dia, sebab perbuatan baik yang sesungguhnya selalu mempunyai keutamaan, tetap bertahan.  Mulut kebenaran sendiri yang mengatakan “Yang bertahan sampai akhir, akan diselamatkan.”

Ia sudah mencari-cari dan tidak menemukan apa-apa. Tetapi ia bertahan, maka ia menemukan Dia yang dicintainya.  Sambil mencari, kerinduannya menjadi semakin besar, sampai pada titik puncaknya ia diperbolehkan memeluk Dia, yang dicarinya.  Dambaan suci bertumbuh dengan ditunda; kalau tertunda menjadi hambar, dambaan tidak berarti apa-apa.  Begitulah kiranya cinta, yang menyalakan setiap orang yang mencari kebenaran.  Maka Daud berkata, “Jiwaku merindukan Tuhan yang hidup; kapan aku dapat datang dan melihat wajah Tuhan?”  Dan Gereja berkata dalam Kidung Agung, “Aku terluka karena cinta,” dan lagi, “Jiwaku merana dalam diriku”.

“Wanita, mengapa engkau menangis? Siapa yang engkau cari?”  Ia ditanya tentang sebab kesedihannya, agar rindunya semakin bertambah besar, sebab kalau ia menyebutkan nama orang yang dicarinya, cintanya akan Dia lebih berkobar lagi.

Yesus berkata kepadanya, “Maria”.  Pertama-tama Ia memanggil dia dengan nama umum bagi jenisnya, tetapi ia tidak mengenal Dia.  Maka sekarang Ia memanggilnya dengan namanya sendiri, seakan-akan terus terang Ia berkata, “Kenalilah sekarang Dia yang mengenal engkau.  Sebab Aku mengenal engkau, tidak secara umum saja seperti orang lain, tetapi secara pribadi.”  Disapa dengan namanya, Maria terus mengenal yang menciptakan dia dan langsung menyebutnya “Rabbuni”, yaitu “Guru.”  Dari luar Dialah yang dicari-cari, tetapi dari dalam Dialah yang mengajar Maria Magdalena untuk mencari-Nya.