Peringatan St. Ignatius dari Loyola
(Imam)
Ujilah roh untuk melihat, apakah berasal dari Allah
Pembacaan dari Kisah St. Ignatius, dituturkan oleh Louis Gonzales
Ignatius amat senang membaca buku-buku hiburan dengan cerita khayalan tentang perbuatan-perbuatan para tokoh termasyur, dan ketika ia merasa sudah baik lagi kesehatannya, ia minta buku sebangsa itu untuk mengisi waktu. Tetapi di rumah buku semacam itu tidak ada, dan ia diberi buku yang berjudul Kehidupan Kristus dan buku lain Bunga Rampai Para Kudus; keduanya dalam bahasa daerah.
Dengan membaca itu secara teratur ia mulai dapat semakin merasakan apa yang tertulis di dalamnya. Kadang-kadang ia menyisihkaan buku itu, dan mengarahkan pikirannya kepada macam cerita yang dulu biasa dibacanya; kadang-kadang kalau kebetulan muncul, ia memikir-mikirkan kecenderungan kosong yang menarik dan hal-hal yang sebangsanya, seperti ia dulu biasa memikirkannya.
Tetapi belas kasih Tuhan datang, dan menggantikan pikiran-pikiran itu dengan pikiran-pikiran lain yang baru saja dibacanya. Sebab kalau ia membaca hidup Kristus dan para kudus, ia lalu berpikir-pikir sendiri dan bertanya, “Bagaimana seandainya aku berbuat seperti apa yang diperbuat oleh Santo Fransiskus atau Santo Dominikus?” Dan kerap kali ia bermenung seperti itu. Pikiran semacam ini berlangsung beberapa waktu, tetapi lalu berganti dengan hal-hal lain, dan ia kembali pada pemikiran duniawi hampa, dan ini berlangsung lama. Ia terlihat dalam pemikiran berturut-turut silih berganti yang berlangsung cukup lama.
Tetapi ada dua macam perbedaan antara kedua macam pikiran itu. Kalau memberikan perhatian kepada hal-hal duniawi, ia merasa senang sekali pada saat itu, tetapi kalau ia sudah bosan dan melepaskannya, ia merasa kecewa dan kosong. Di lain pihak, kalau ia berpikir tentang kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang suci, ia tidak hanya senang akan ceritanya, tetapi kalau ia berhenti memikirkannya, rasa gembira masih tetap berlangsung dalam hatinya. Tetapi ia tidak pernah memperhatikan perbedaan itu atau memikirkannya, sampai pada suatu hari hal ini mulai menjadi terang baginya, dan ia menjadi heran akan hal itu. Ia mengerti dari pengalaman, bahwa pemikiran yang satu meninggalkan dia kecewa, sedang yang lain meninggalkan dia gembira. Inilah penemuannya yang pertama mengenai hal yang bersifat melampaui kodrat. Tetapi kemudian, setelah ia menjalani latihan rohani, pengalaman ini menjadi titik tolak untuk mengajarkan pembedaan roh kepada para penganutnya.
* Ignatius dari Loyola adalah pendiri Serikat Yesus. Ia dilahirkan dari keluarga bangsawan Loyola di wilayah Basque, Spanyol, pada tahun 1491. Ketika beranjak dewasa ia memasuki dunia militer dan menjadi seorang perwira. Ketika berjuang untuk mempertahankan benteng Pamplona, ia terluka parah sehingga harus kembali ke Loyola dan terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan. Pada saat itulah, ia mendapatkan pengalaman rohani melalui buku-buku tentang kisah hidup Yesus dan para kudus yang dibacanya. Setelah sembuh, ia meninggalkan karier militernya, mengunjungi sebuah biara dan menanggalkan jubah militernya. Ia bercita-cita untuk berziarah ke Tanah Suci dan mempertobatkan orang-orang yang belum mengenal Yesus, namun gagal. Maka ia mempersiapkan diri untuk melayani Yesus dengan cara lain. Ia belajar di Barcelona kemudian di Paris. Di Paris, bersama tujuh temannya, antara lain Fransiskus Xaverius dan Petrus Faber, Ignatius membentuk suatu persekutuan. Mereka sepakat untuk membaktikan hidupnya kepada Kristus dan Injil-Nya. Kemudian mereka menghadap Paus Paulus III dan menyatakan kesediaan untuk diberi tugas apa saja. Mereka pun ditahbiskan sebagai imam dalam sebuah ikatan persaudaraan yang dikemudian hari diberi nama Serikat Yesus. Selama 15 tahun Ignatius memimpin Serikat Yesus dari Roma, sampai akhirnya wafat pada tanggal 31 Juli 1556.