14 Agustus 2024

Peringatan St. Maximilianus Maria Kolbe

(Martir)


Ia mati sebagai seorang martir cinta kasih,
yang memberikan hidupnya demi orang lain.
 Pembacaan dari Homili pada Upacara Kanonisasi St. Maximilianus Maria Kolbe (1982)

 

Pater Maximilianus Kolbe  adalah seorang tahanan di kamp konsentrasi Auschwitz, yang mempertahankan hidup dari orang yang tak berdosa, salah seorang dari empat juta yang terperangkap di situ.  Orang tersebut (Fransiskus Gajowniczek) masih hidup dan sekarang berada di sini, di antara kita.  Pater Kolbe telah mempertahankan haknya untuk hidup, karena dia adalah kepala keluarga dan hidupnya sangat penting bagi kelangsungan kehidupan keluarganya tercinta.  Pater Maximilianus Maria Kolbe dengan cara ini menegaskan kembali hak hidup bagi orang yang tak berdosa dan sekaligus melahirkan kesaksian pada Tuhan dan Cinta.  Sebab rasul Yohanes telah menulis, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita”.

Dengan  menyerahkan hidupnya untuk orang lain, Pater Maximilianus, yang oleh Gereja telah dimuliakan sejak tahun 1971 sebagai “beato”, dengan cara tertentu telah membuat dirinya “menyerupai Kristus”.  Karena itulah, maka kita yang hari ini, tanggal 10 Oktober, berkumpul di depan basilika St. Petrus di Roma, ingin mengungkapkan nilai khusus dari pengorbanan Pater Maximilianus Kolbe, yang kiranya berkenan di mata Tuhan, “Berharga di mata Tuhan, kematian semua orang yang dikasihi-Nya”; kata-kata ini adalah yang sering kita ulangi dalam mazmur.   Lewat kematian-Nya di salib, maka penebusan dunia tercapai.  Lewat kematian yang dialami oleh Pater Maximilianus Kolbe, maka seberkas tanda bersinar dari cinta ini dan telah memperbaharui dunia, dunia kita yang dipenuhi dengan bencana karena dosa umat manusia.

Dalam upacara kanonisasi ini seakan-akan “martir cinta kasih” dari Oswiecim ini (demikian Paus Paulus VI menyebutnya) berkata, “Ya Tuhan, aku hamba-Mu!  Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan!  Engkau telah membuka ikatan-ikatanku!”. Dan sambil merangkum pengorbanan dari seluruh hidupnya, ia yang adalah seorang imam dan putra rohani dari St. Fransiskus, seakan-akan berkata, “Bagaimana akan kubalas pada Tuhan, segala kebajikan-Nya kepadaku?  Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan.”

Ini adalah ucapan-ucapan syukur.  Kematian yang didasari cinta, demi menggantikan seorang saudara, adalah perbuatan berani yang heroik lewat mana, bersama dengan beato ini, kita memuliakan Allah.  Sebab dari Tuhanlah datang berkat kepahlawanan seperti itu, rahmat kemartiran ini.

 


* Maksimilianus Raymundus Maria Kolbe lahir pada tahun 1894 di Zdunska Wola, Polandia, dari keluarga kristiani yang baik dan cinta pada negaranya.  Dia bergabung dengan Ordo Fransiskan Konventual.  Setelah menjadi imam, pada tahun 1917 di Roma, ia mendirikan gerakan “Tentara Maria Imakulata”.  Gerakan ini adalah gerakan Gerejawi yang membawa anggotanya pada kebaktian yang kuat dengan mempersembahkan diri kepada Sang Tak bernoda.  Ia kembali ke tempat asalnya tahun 1927 dan mendirikan “Niepokalanov” (Kota Imakulata), pusat penyuluhan kerasulan dengan kekhasan Fransiskan untuk menggunakan media sosial, radio, dan komunikasi audio visual dengan cerdas.  Niepokalanov kedua didirikan di Jepang, dimana ia menjadi misionaris pada tahun 1930 sampai 1936, dan merancang Niepokalanov di Negara-negara yang lain.  Ketika pecah perang dunia kedua, ia dideportasi dan dikirim ke kamp Auschwitz.  Kolbe dengan berani menawarkan diri sebagai pengganti seorang tahanan yang akan dihukum mati dengan memasukkan tawanan ke dalam penjara sampai mati kelaparan, namun ia masih hidup sampai semua tahanan mati.  Pada 14 Agustus 1941 Kolbe disuntik mati dan jenazahnya dibakar.  Ia dibeatifikasi oleh Paus Paulus VI pada tahun 1971, dan dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1982.