28 Agustus 2024

Peringatan St. Agustinus

(Uskup dan Pujangga Gereja)


O kebenaran abadi, cinta sejati dan keabadian tercinta
Pembacaan dari Buku Pengakuan St. Agustinus

 

Terdorong untuk merefleksikan diri, aku masuk dibawah bimbingan-Mu ke kedalaman lubuk jiwaku.  Aku mampu berbuat demikian sebab Engkaulah penolongku.  Masuk ke dalam diri, aku melihat bagaikan dengan mata jiwa, apa yang melampaui mata jiwa, yang melampaui rohku; yakni terang-Mu yang tak berubah.  Bukannya terang biasa yang dapat dilihat mata jasmani bukan juga sekedar terang semacamnya yang lebih besar yang bersinar lebih jelas dan menembus ke segala tempat dengan kekuatannya.  Terang-Mu bukan itu, tetapi lain, sama sekali lain daripada semua terang semacam itu; terang itu juga tidak di atasku seperti minyak mengapung di atas air atau seperti langit di atas bumi, tetapi berada di atasku karena terang-Mulah yang menjadikan aku dan aku berada dibawahnya karena diciptakan oleh-Nya.  Dia yang telah mengenal kebenaran, mengenal terang ini.

O kebenaran yang abadi, cinta sejati dan keabadian tercinta.  Engkaulah Tuhanku!  Kepada-Mu, aku mendesah siang dan malam.  Ketika pertama kalinya aku mulai mengenal-Mu, Engkau menarik aku kepada diri-Mu supaya aku bisa melihat bahwa ada hal-hal untuk kulihat tetapi aku sendiri belum siap untuk melihatnya.  Sementara itu Engkau mengalahkan kelemahan pandangaku, memancarkan dengan kuat sinar terang-Mu, dan aku gemetar karena cinta dan takut.  Aku belajar bahwa aku berada di daerah ketidakserupaan dan sangat jauh daripada-Mu, seakan-akan aku mendengar suara-Mu dari ketinggian, “Aku ini makanan orang dewasa, maka tumbuhlah menjadi dewasa, dan engkau akan makan Aku.  Dan bukan engkau mengubah Aku menjadi dirimu seperti makanan jasmani, melainkan engkau akan diubah menjadi Aku.”

Aku mencari jalan untuk memperoleh kekuatan yang kuperlukan untuk menikmati Engkau.  Tetapi aku tidak menemukannya sampai aku memeluk Sang Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu Manusia Kristus Yesus, yang di atas segalanya adalah Tuhan yang terpuji selama-lamanya.  Dia memanggil aku dan berkata: “Akulah jalan dan kebenaran, Akulah hidup.”  Dia menawarkan makanan yang aku tak cukup kuat untuk memakannya, makanan yang telah dicampurkan dengan daging kami sebab Sang Sabda menjadi daging, supaya kebijaksanaan-Mu, yang dengan-Nya segala sesuatu Kauciptakan dapat menyediakan susu bagi kami yang masih kanak-kanak.

Lambat aku mencintai Engkau, O keindahan begitu lama dan begitu baru!  Lambat aku mencintai Engkau!  Sesungguhnya Engkau ada di dalam aku tetapi aku berada di luar dan disitulah aku mencari Engkau.  Dalam keburukanku, aku tenggelam dalam barang-barang menarik yang Kauciptakan.  Engkau ada bersama aku tetapi aku tidak berada bersama-Mu.  Benda-benda ciptaan menjauhkan aku daripada-Mu, tetapi seandainya mereka tidak berada di dalam Engkau, mereka takkan ada sama sekali.  Engkau memanggil, Engkau berseru, dan Engkau menembus ketulianku, Engkau memancarkan sinar, Engkau bercahaya dan Engkau menghalau kebutaanku.  Engkau menghembuskan keharuman-Mu padaku; aku menghirup nafas dan kini aku merindukan Dikau.  Aku telah mencicipi-Mu, kini aku semakin lapar dan haus.  Engkau telah menjamah aku dan aku mendambakan damai-Mu.

 


* Agustinus lahir di Tagaste, Aljazair, 13 November 354.  Hidup masa mudanya tak karuan.  Namun berkat ketekuan doa dan cucuran air mata Monika Sang Ibu, Agustinus bertobat pada usia tiga puluh dua tahun.  Setelah dibaptis oleh St. Ambrosius, dan setelah wafatnya Monika, ia kembali ke Afrika, disana ia menjadi imam, lalu uskup Hippo (sekarang Annaba, Aljazair).  Karya-karyanya membuahkan hasil yang melimpah dan ia menjadi salah satu tokoh yang paling gencar mempertahankan ajaran Gereja melawan gerakan-gerakan bidaah pemecah Gereja pada waktu itu, antara lain Manikeisme, Donatisme, Arianisme, Pelagianisme dll.  Ia mewariskan banyak tulisan, diantaranya tulisan-tulisan asli karangannya dan surat-surat pribadi.  Agustinus merupakan seorang Kristiani berbudi cemerlang.  Ia memadukan teologi tradisi awali dengan pemikiran-pemikiran khas teologinya, menggunakan gambaran yang tepat untuk menjelaskannya, menampilkan kepribadian yang lembut dan simpatik, dengan nilai rasa yang khas.  Spiritualitasnya yang biasa disebut dengan nama “Agustinian” dan didasari dengan kasih, menjadi rujukan bagi mereka yang ingin menguduskan hidupnya sebagai religius.  Ia wafat pada tahun 430.