Peringatan Santa Perawan Maria
Maria menyimpan segala sesuatu dan merenungkannya dalam hatinya
Dari Khotbah-khotbah dari St. Laurensius Yustiniani, Uskup
Maria merenungkan di dalam hatinya segala sesuatu yang dicernanya dengan bacaan, penglihatan, dan pendengaran, dan pertumbuhan itu diwujudkannya dalam iman, yang diperolehnya berkat pahala, dari kebijaksanaan diterangi dan dari api cinta kasih yang semakin berpijar nyalanya. Terbukalah bagi Maria, pintu rahasia surgawi dan ia dipenuhi dengan sukacita, dan diperkaya sekaligus oleh anugerah Roh, ia mengarahkan dirinya kepada Allah, dan dalam waktu yang sama ia menyimpannya di dalam kedalaman hatinya yang rendah hati.
Karya anugerah ilahi mempunyai ciri demikian, yakni mengangkat dari jurang yang dalam ke puncak dan kepada pintu kemuliaan dalam kemuliaan. Berbahagialah hati Perawan Maria yang dengan memiliki Roh Kudus dalam dirinya dan digembirakan oleh pengajarannya, namun ia tetap terbuka kepada Sabda Allah.
Maria tidak digerakkan oleh perasaan atau kehendaknya sendiri, tetapi ia mengikuti secara lahiriah jalan-jalan iman yang disarankan oleh kebijaksanaan yang disarankan kepadanya secara batiniah. Dan Maria sungguh-sungguh membaktikan dirinya bagi kebijaksanaan ilahi tersebut yang menjadikannya tempat tinggal selayaknya bagi Gereja, dengan pengabdian Maria sendiri yang mahakudus untuk meyakinkan akan penghayatan perintah Tuhan, akan norma kesatuan dan akan tuntutan persembahan rohani.
O jiwa yang setia, contohlah Maria. Masukilah kanisah hatimu, agar kau peroleh pengampunan atas dosa-dosamu dan supaya engkau diperbaharui secara rohani. Ingatlah bahwa Allah lebih mengutamakan kehendak baik kita daripada perbuatan yang kita lakukan. Oleh karena itu apakah kita memberikan diri dan jiwa kita kepada Tuhan melalui kontemplasi dan kita membaktikan diri kepada-Nya, entah kita mengarahkan diri dalam meningkatkan keutamaan dan kita menyibukkan diri dengan kegiatan bagi karya cinta kasih atau pengabdian bagi sesama, semuanya hendaknya dilakukan sedemikian rupa agar dapat dirasakan bahwa cinta kasihlah yang mendorong semua kegiatan tersebut.
Marilah kita mengulanginya, bahwa persembahan rohani yang memurnikan kita yang naik kepada Tuhan dan berkenan pada-Nya, tidaklah semata-mata karya tangan kita sendiri. Tetapi, terlebih-lebih karena korban rohani yang dipersembahkan dalam kanisah hati kita dihidupkan berkat kehadiran Kristus Tuhan kita dan berkenan kepada-Nya.