MINGGU BIASA XXIII
Kebijaksanaan Kristiani
Pembacaan dari Khotbah St. Leo Agung, Paus, tentang Sabda Bahagia
Tuhan bersabda, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.'” Kelaparan ini tidak berkaitan dengan makanan jasmani; kehausan ini pun tidak menghendaki minuman duniawi. Yang dirindukan adalah kepuasan dengan makanan kebenaran, dan keinginan untuk dipenuhi oleh Tuhan sendiri dengan dibawa masuk ke dalam rahasia semua misteri.
Berbahagialah jiwa, yang menginginkan makanan kebenaran dan haus akan minuman rohani! Jiwa tak akan mencari-cari hal ini, seandainya belum pernah mencicipi kemanisannya. Ketika jiwa mendengar suara Roh melalui nabi: “Kecaplah dan rasakanlah, bahwa Tuhan itu baik”, ia sudah menerima sebagian dari kebaikan Allah, dan ia menyala dengan cinta, cinta yang memberi kegembiraan teramat murni. Selanjutnya, dengan menganggap hina segala barang duniawi, jiwa terserap seutuhnya dengan keinginan untuk makan dan minum makanan kebenaran.
Jiwa berpegang pada makna sejati dari perintah yang utama dan pertama: “Hendaklah engkau mencintai Tuhan Allahmu dengan sepenuh hati dan segenap budi dan dengan segala kekuatanmu.” Sebab cinta akan Allah itu tidak lain dari pada cinta akan kebenaran. Sebagaimana dalam perintah itu cinta akan sesama erat berkaitan dengan cinta akan Allah, demikian juga dalam kutipan berikut keutamaan murah hati dikaitkan dengan keinginan akan kebenaran: “Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan.”
Ingatlah, hai orang-orang Kristen, ingatlah betapa agung dan luhurnya kebijaksanaan yang adalah milikmu. Sadarlah pula akan ajaran yang harus kamu indahkan dan pahala-pahala agung yang akan kamu terima, karena untuk inilah kamu dipanggil. Belas kasihan menuntut bahwa kamu berbelas kasihan, dan harapan akan kebenaran menuntut bahwa kamu sendiri benar! Dengan demikian Pencipta ditampilkan dalam ciptaan-Nya, dan gambar Allah dipantulkan di dalam hati manusia saat ia meneladan sifat-sifat-Nya. Iman orang yang menghayati iman mereka adalah iman yang jernih, tenang. Apa yang kamu inginkan, akan kamu peroleh, dan apa yang kamu cintai, akan kamu miliki selamanya!
Dengan memberi derma segala sesuatu dimurnikan bagimu dan kamu akan menerima anugerah yang telah dijanjikan Tuhan, “Berbahagialah orang yang murni hatinya, karena mereka akan melihat Tuhan!” Saudara-saudara tercinta, sungguh besarlah kebahagiaan orang, jika baginya disediakan kurnia sedemikian itu! Tetapi siapakah yang murni hati itu selain mereka yang berjuang menanamkan keutamaan-keutamaan yang sudah disebutkan tadi!
Tak ada budi yang dapat mendalami, tak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan betapa bahagianya orang yang melihat Allah! Tetapi, kodrat manusia bisa mencapai keadaan ini bila sudah ditransformasikan, hingga dapat memandang Allah, tidak samar-samar seperti dalam cermin, tetapi dari muka ke muka: Allah, yang belum pernah ada orang yang dapat melihat-Nya. Dalam sukacita yang tak teruraikan akan visi abadi ini, manusia akan memiliki “apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah timbul dalam hati manusia.“