Mengikuti Yesus

Dalam Injil hari ini Yesus mengajarkan bahwa “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh….dan bangkit pada hari ketiga“.  Sabda Yesus adalah pengajaran tentang seluruh perutusan-Nya yang diterima dari Bapa dalam rencana keselamatan kosmik.  Seluruh isi Kitab Suci terpenuhi dalam Yesus yang menyatakan tepat seperti yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya tentang hamba Tuhan yang menderita.  “Ia dihina dan ditolak orang, seorang yang penuh kesengsaraan… sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, kesengsaraan kitalah yang dipikulnya…”.  Setiap orang yang mau mengikuti Yesus harus berada dalam perjalanan yang sudah dilalui Yesus, setiap hari kita mau berada bersama Yesus artinya mengalami hal-hal yang dialami Yesus tanpa resistensi.

Kita semua mau mengikuti Yesus, tetapi Yesus seperti apa yang mau kita ikuti?  Petrus berpikir bahwa Yesus yang dia ikuti adalah seorang yang jaya, yang selalu berhasil, pahlawan perkasa yang selalu menang, sukses, bagus… Syukur bahwa Yesus langsung menegur Petrus dengan berkata “Enyahlah iblis, engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia “.

Apakah Yesus yang kita ikuti sama dengan yang dipikirkan Petrus?  Bukan!  Yesus yang kita ikuti adalah Yesus yang taat bahkan taat sampai mati di salib.  Sabda Yesus: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku” (Mrk. 8:34).  Bagaimana bisa mengikuti Yesus yang demikian jika kita ini egois, selalu mau cari enak dan tidak mau menderita?  Ini semua akibat dosa.  Tetapi dosa yang telah diampuni dan ditanggung Yesus.  Kita mau mengikuti Yesus dengan menyatukan iman kita yang kecil dengan iman Gereja-Nya, mau menjadi bagian di dalamnya dengan memperhatikan dan melibatkan hati.  Yesus belajar taat dari apa yang diderita-Nya.  Ia menerima penderitaan dengan tahu untuk belajar menjadi anak.  Sebenarnya penderitaan yang paling dalam adalah kenyataan bahwa kita berada dalam relasi dengan Allah tapi akibat dosa kita mengalami tidak ada relasi kasih yang benar.  Penderitaan adalah bagian interior dari kasih.  Kasih yang benar meminta suatu pengorbanan diri, penyangkalan diri untuk suatu kelahiran baru dalam relasi aku dan engkau, suatu kelahiran baru dalam Roh Kudus.  Belajar menderita dengan benar akan membentuk kita kembali pada gambar dan keserupaan dengan Allah, jalannya jelas – kita harus mati kepada diri sendiri – memikul salib dan mengikuti Yesus.

 

Marilah kita bertekun dalam pertobatan setiap hari , membarui niat “Ya” kita bagi Yesus.  Semoga rahmat Tuhan meneguhkan kita semua.