PEKAN BIASA XXVI – SABTU
Berjuanglah dengan baik dalam perjuangan iman
Pembacaan dari Buku St. Gregorius dari Nissa tentang pembentukan hidup Kristiani
Siapa pun yang ada di dalam Kristus, dia itu ciptaan baru; yang lama sudah tidak ada. Ciptaan baru – itulah, yang dimaksudkan oleh rasul, sebagai kediaman Roh Kudus di dalam hati yang murni dan tanpa cela, hati yang bebas dari kejahatan, kedegilan dan yang memalukan. Jikalau jiwa membenci dosa dan menyerahkan dirinya dengan segala kekuatannya untuk menempuh jalan keutamaan, maka ia mengalami transformasi; dengan menerima rahmat Roh Kudus di dalam dirinya, ia disembuhkan, dipulihkan dan dijadikan baru sama sekali. Rasul berkata juga, buanglah ragi yang lama, dan kamu akan menjadi adonan baru, dan lagi, marilah kita merayakan pesta, bukan dengan ragi lama, tetapi dengan roti tak beragi, yaitu roti kejujuran dan kebenaran. Kata-kata ini menyangga apa yang disebutkan mengenai ciptaan baru.
Si penggoda memasang banyak perangkap untuk menjerat jiwa dan dari dirinya, kodrat manusia terlalu lemah untuk dapat menang terhadapnya. Maka dari itu rasul mengajak kita untuk mempersenjatai diri dengan senjata surgawi: “Kenakanlah keadilan sebagai perisaimu, dan dambaan akan damai sebagai kasut bagi kakimu, lilitkanlah kebenaran di pinggangmu.”
Lihatlah, betapa banyak cara untuk mencapai keselamatan yang ditunjukkan oleh Rasul kepadamu, semuanya diarahkan kepada satu-satunya jalan dan satu-satunya tujuan. Dengan menempuhnya sampai kepada ketinggian perintah-perintah Allah, kita dapat dengan mudah menyelesaikan lomba kehidupan ini. Di lain tempat Rasul berkata: Hendaklah dengan tekun dan setia berlari kencang mengikuti perlombaan yang telah ditetapkan, dengan mata terpusat pada Yesus, asal dan tujuan iman kita.
Orang yang telah menyingkirkan kefanaan hidup dan menyangkal segala kemuliaan dunia, harus juga menyangkal diri. Penyangkalan diri ini berarti tidak mencari kehendaknya sendiri, dengan cara apa pun, tetapi hanya mencari kehendak Tuhan, dan membiarkan kehendak Tuhan menjadi petunjuk jalan; ini juga berarti tidak memiliki sesuatu pun yang bukan milik umum. Dengan cara ini orang akan semakin siap melaksanakan perintah atasannya dengan sukacita dan dengan harapan. Inilah yang dituntut dari hamba Kristus, yang telah ditebus demi pelayanan para saudara. Ini juga yang dikehendaki oleh Tuhan kalau Ia bersabda, “Barangsiapa ingin menjadi yang pertama dan terbesar di antara kamu, harus menjadi yang terakhir dan hamba bagi semua.”
Menjadi hamba dengan melayani sesama itu haruslah dengan cuma-cuma, tanpa upah. Seorang hamba semacam itu harus mengabdi sesamanya seolah-olah membayar kembali hutang pada sesamanya itu. Lebih-lebih, mereka yang bertanggung jawab harus bekerja lebih keras daripada yang lain, dan berperilaku dengan kepatuhan yang lebih besar daripada bawahan mereka. Hidup mereka harus menjadi contoh nyata tentang apa arti pelayanan. Mereka harus ingat bahwa yang dipercayakan kepada mereka diberikan oleh Tuhan dalam kepercayaan.
Dan dengan demikian mereka yang berotoritas harus memperhatikan saudara-saudaranya sebagaimana guru yang baik memelihara anak-anak kecil yang telah diserahkan kepada mereka oleh orang tua mereka. Kalau yang dipimpin dan yang memimpin, hidup dalam relasi saling mencintai ini, maka yang dipimpin akan bahagia untuk menaati apapun yang diperintahkan kepadanya. Dan yang memimpin akan senang membawa saudara-saudaranya kepada kesempurnaan. Dan kalau masing-masing berusaha untuk saling mendahului dalam memberi hormat, hidupmu di dunia ini akan seperti hidup malaikat.