Peringatan Santa Perawan Maria
MARIA, BUNDA BELAS KASIH
Dari Veritatis Splendor, Ensiklik Hamba Allah, Yohanes Paulus II, Paus
Maria adalah Bunda Belas Kasih, karena kepadanyalah Yesus mempercayakan Gereja-Nya dan seluruh umat manusia. Di bawah kaki Salib, ketika Maria menerima Yohanes sebagai anaknya, ketika dia, bersama dengan Kristus, meminta pengampunan dari Bapa untuk mereka yang tidak tahu apa yang harus mereka perbuat (Luk. 23:34), Maria mengalami, dalam ketaatan sempurna kepada Roh, kekayaan dan sifat universal dari kasih Allah, yang membuka hatinya dan menyebabkan dia dapat merangkul seluruh umat manusia. Dengan demikian Maria menjadi Ibu tiap-tiap orang dan Ibu kita masing-masing, Ibu yang mendapatkan belas kasih ilahi untuk kita.
Maria adalah tanda yang bersinar dan contoh yang mengajak manusia untuk melaksanakan kehidupan moral. Seperti yang dikemukan oleh St. Ambrosisus: “Kehidupan pribadi yang satu ini dapat menjadi teladan bagi setiap orang dan sementara berbicara secara khusus kepada para perawan, tapi dalam konteks yang terbuka untuk semua orang dia menegaskan: “Dorongan pertama untuk belajar ialah keluhuran dari guru. Siapakah yang lebih luhur daripada Ibu Tuhan? Siapakah lebih agung daripada seseorang yang telah dipilih oleh Keagungan itu sendiri?” Maria menghayati dan melaksanakan kebebasannya justru dengan menyerahkan diri kepada Allah dan menerima kurnia Allah dalam dirinya. Sampai saat kelahiran-Nya, dia dalam rahimnya melindungi Putera Allah yang telah menjadi manusia. Dia mendidik-Nya dan memungkinkan-Nya berkembang dan menemani-Nya dalam tindakan kebebasan yang paling tinggi, yang merupakan pengurbanan hidup-Nya sendiri sepenuhnya. Lewat persembahan berupa dirinya sendiri, Maria masuk sepenuhnya ke dalam rencana Allah, yang memberikan Diri-Nya kepada dunia. Dengan menerima dan merenungkan dalam hatinya peristiwa-peristiwa yang tidak selalu dimengertinya, dia menjadi contoh dari semua orang yang mendengarkan sabda Allah dan melaksanakannya dan layak diberi gelar “Takhta Kebijaksanaan.” Kebijaksanaan ini adalah Yesus Kristus sendiri, Sabda Kekal dari Allah, yang dengan secara sempurna mewahyukan dan melaksanakan kehendak Bapa. Maria mengundang tiap orang untuk menerima Kebijaksanaan tadi. Kepada kita pun dia menyampaikan perintah yang diberikannya kepada para pelayan di Kana di Galilea pada pesta perkawinan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” (Yoh 2:5)
Maria ikut merasakan kondisi kemanusiaan kita, tapi dalam keterbukaan penuh kepada rahmat Allah. Meski pun tidak mengenal dosa, dia dapat mempunyai kepekaan terhadap tiap macam kelemahan dosa. Dia memahami manusia yang penuh dosa dan mengasihinya dengan kasih seorang Ibu. Justru karena alasan inilah dia ada di samping kebenaran dan ikut memikul beban Gereja dengan mengingatkan selalu dan kepada setiap orang tuntutan-tuntutan moralitas. Pun pula dia tidak mengizinkan manusia yang berdosa ditipu oleh mereka yang menanggap diri mengasihi-Nya dengan membenarkan dosanya, karena Maria tahu bahwa pengorbanan Kristus Puteranya dengan cara demikian tadi akan dianggap tidak punya daya. Demikian pula pengampunan yang ditawarkan oleh ajaran-ajaran yang menipu, di dalam bidang-bidang filsafat dan teologi, tidak dapat membuat manusia sungguh-sungguh bahagia. Hanyalah Salib dan Kristus yang Bangkit, dapat memberikan damai kepada suara hati dan keselamatan terhadap hidupnya.