Perkawinan

Dalam Injil Markus (10:1-16) hari ini, Yesus berbicara tentang perkawinan sebagai apa yang telah dipersatukan Allah dan tidak boleh diceraikan manusia (Mrk. 10:9).  Perkawinan merupakan persekutuan yang diciptakan Allah sebagai suatu ikatan kekal sampai ajal menjemput.  Ada tatanan alamiah dan tatanan adikodrati di mana kita hidup di dalam keduanya (KGK 383). “Allah tidak menciptakan manusia seorang diri: sebab sejak awal mula ‘Ia menciptakan mereka pria dan wanita’ (Kej. 1:27). Kerukunan hidup mereka merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi (GS 12,4).

Allah merancang dan menetapkan perkawinan sebagai sebuah sakramen.  Bagi mereka yang bersatu dan bersekutu dalam Gereja-Nya, Allah mencurahkan rahmat, kuasa, dan kekuatan-Nya sehingga mereka bisa menjalani keberadaan mereka secara bersama-sama.  Suatu perkawinan melambangkan persekutuan Allah dan Gereja.  Suami bertindak sebagai kepala atas seorang perempuan, sama seperti Kristus bertindak sebagai kepala atas jemaat-Nya (Ef. 5:23), yang terjadi dalam relasi tersebut adalah pengorbanan, bukan penguasaan.  Suami diharuskan mengorbankan dirinya bagi sang istri.  Yesus adalah kepala keluarga, dengan mengorbankan diri-Nya dan menumpahkan darah-Nya.   Kehendak pribadi harus dilupakan demi kasih terhadap sang kekasih.  Istri berhubungan dengan suami dengan cara yang sama seperti Gereja berhubungan dengan Yesus, melalui kasih, pelayanan, dan pengabdian.

 

Marilah kita berdoa agar pasangan suami istri semakin menyadari sakralitas perkawinan dan untuk keutuhan perkawinan agar keluarga semakin memancarkan kehadiran Kristus.