Gedono
19 Oktober 2024

Peringatan Santa Perawan Maria


IBU KITA YANG PERCAYA
Dari Ensiklik Hominis Paus Yohanes Paulus II

 

Ciri khas kasih keibuan yang ditanamkan Bunda Allah di dalam misteri Penebusan dan di dalam kehidupan Gereja terungkap di dalam keakrabannya yang luar biasa kepada manusia dan segala sesuatu yang terjadi padanya.  Di dalam hal inilah terkandung misteri Ibu itu. Gereja, yang memandang dia dengan cinta dan pengharapan yang sama sekali istimewa, ingin menjadikan misteri ini miliknya sendiri dengan cara yang semakin mendalam.  Oleh karena di dalam hal ini juga Gereja melihat jalan untuk kehidup­annya sehari-hari, yaitu setiap pribadi.

Kasih abadi Bapa, yang telah dimanifestasikan di dalam sejarah umat manusia melalui Putera yang diberi Bapa, “supaya barangsiapa percaya kepadanya tidak akan binasa tetapi memiliki kehidupan kekal”, datang dekat kepada kita masing-masing melalui Ibu ini dan dengan demikian mengenakan tanda-tanda yang lebih mudah dipahami dan ditangkap oleh setiap pribadi.  Oleh karena itu, Maria harus ada pada semua jalan kehidupan sehari-hari Gereja.  Melalui kehadiran keibuannya Gereja memperoleh kepasti­an bahwa dia  benar-benar menghayati kehidupan Guru dan Tuhannya dan bahwa dia menghayati misteri Penebusan dalam segenap kedalaman dan kepenuhannya yang menghidupkan.  Demikian pula Gereja, yang telah menanamkan akarnya di dalam bangsa manusia dewasa ini, juga memperoleh kepastian dan boleh dikatakan juga, pengalaman dekat dengan manusia, dengan setiap pribadi, menjadi Gereja setiap pribadi, Gereja Umat Allah.

Berhadapan dengan tugas-tugas ini yang muncul sepanjang jalan Gereja, jalan yang telah ditunjuk secara jelas oleh Paus Paulus VI di dalam Ensiklik pertama masa jabatan kepausannya, dan sadar akan kebutuhan mutlak akan semua jalan ini dan juga akan kesulitan-kesulitan yang melanda jalan-jalan itu, kita merasakan semakin besarnya kebutuhan kita akan hubungan yang mendalam dengan Kristus.  Kita mendengar di dalam diri kita, sebagai gema yang berkumandang, kata-kata yang diucapkan olehnya: “Terpisah dari Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa”.  Kita merasakan bukan hanya kebutuhan melainkan kewajiban yang lebih mendesak lagi akan doa yang agung, sungguh-sungguh dan berkembang oleh seluruh Gereja.  Hanya doa dapat mencegah semua tugas besar yang susul menyusul dan sulit ini menjadi sumber krisis dan malahan membuatnya menjadi kesempatan dan sesungguh­nya dasar untuk hasil-hasil yang semakin dewasa pada perjalanan Umat Allah menuju Negeri Terjanji pada tahap sejarah ini menjelang akhir milenium kedua.  Oleh karena itu, seraya menga­khiri renungan ini dengan himbauan yang hangat dan rendah hati akan doa, saya menginginkan agar Gereja mengabdikan dirinya kepada doa ini, bersama Maria Bunda Yesus, seperti rasul-rasul dan murid-murid Tuhan melakukannya di dalam Ruangan Atas di Yerusalem sesudah Kenaikan.

Tambahan pula, saya memohon kepada Maria, Bunda surgawi seluruh Gereja, agar berkenan kiranya mengabdikan dirinya kepada doa umat manusia Adventus baru ini, bersama kita sekalian yang membentuk Gereja, yaitu Tubuh Mistik Putera Tunggalnya.  Saya berharap agar melalui doa ini kita dapat menerima Roh Kudus yang turun ke atas kita dan dengan demikian menjadi saksi-saksi Kristus “sampai ke ujung bumi”, sama seperti mereka yang berangkat dari Ruangan Atas di Yerusalem pada hari Pentekosta.