20 Oktober 2024

MINGGU BIASA XXIX


Hendaklah keinginan kita terwujud dalam doa
Pembacaan dari surat St. Agustinus kepada Probanus

 

Untuk apa bersusah-payah, bertanya-tanya mau berdoa apa, karena takut, kalau-kalau kita tidak berdoa sebagaimana mestinya?  Mengapa tidak lebih baik berdoa dengan mazmur: “Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, satu ini yang kucari, agar aku boleh diam di rumah Tuhan sepanjang hari hidupku, untuk menyaksikan kemuliaan Tuhan, dan mengunjungi bait suci-Nya?”  Di sana hari-hari itu bukannya kejadian-kejadian yang datang dan pergi, dan bukan pula akhir dari yang satu yang merupakan permulaan dari yang lain; semua hari adalah satu, secara bersamaan dan tanpa akhir, dan kehidupan yang dijalani pada hari-hari ini tidak ada kesudahannya.

Untuk memperoleh hidup bahagia ini, Sang Kehidupan sejati sendiri mengajarkan kepada kita untuk berdoa, tidak dengan banyak kata, seakan-akan doa kita akan lebih cepat dikabulkan, kalau kita berbicara bertele-tele; sebab kita berdoa kepada Dia yang tahu apa yang perlu bagi kita, sebelum kita memintanya, seperti dikatakan oleh Tuhan sendiri.

Lalu, mengapa Tuhan menganjurkan kita untuk berdoa, jika Ia tahu apa yang perlu bagi kita, sebelum kita memintanya?  Hal ini mungkin membingungkan kita, jika kita tidak mengerti, bahwa Tuhan dan Allah kita menghendaki keinginan kita diberitahukan kepada-Nya, bukan karena Ia dapat gagal untuk mengetahuinya; tetapi karena Ia menghendaki agar keinginan kita terwujud dalam doa, dan dengan demikian memampukan kita untuk menerima apa yang Ia siapkan untuk diberikan-Nya kepada kita.  Memang ini sesuatu yang besar sekali; tetapi kita ini bejana kecil dan serba terbatas untuk menerimanya.  Maka dikatakan kepada kita: “Lapangkanlah hatimu – janganlah memikul beban orang tidak beriman!”

Kenyataan yang begitu besar ini “mata belum pernah melihat”, karena tidak ada warnanya, “telinga belum pernah mendengar”, karena tidak ada suaranya, dan “tidak pernah timbul dalam hati manusia”, karena hati manusia harus bangkit untuk masuk ke dalamnya.  Jadi semakin dalam iman kita, semakin teguh harapan kita, semakin berkobar keinginan kita, semakin besar kemampuan kita untuk menerima anugerah itu, yang sungguh amat besar!

Maka kita berdoa selalu dengan keinginan yang tak kenal lelah dalam iman, harapan, dan cinta itu.  Namun, kita juga berdoa dengan kata-kata kepada Tuhan pada jam dan masa yang ditentukan, agar dengan lambang-lambang ini, kita mengingatkan dan menyadarkan diri kita akan perkembangan yang kita capai dalam keinginan kita; dan juga untuk membangkitkan gairah kita untuk lebih maju dalam keinginan ini.  Semakin kuat kita mendambakannya, semakin berharga buahnya.

Jadi kata-kata rasul, “Berdoalah dengan tak henti-hentinya,” tidak mempunyai arti lain daripada ini: tanpa henti inginkanlah, dari Dia, satu-satunya yang dapat memberikan apa yang kauinginkan, yaitu hidup bahagia, yang tidak lain daripada hidup abadi.