Perintah Kasih

Perintah kasih ini sangat penting, maka diajarkan dan diingatkan berulang-ulang sejak dari Musa kepada bangsa Israel dan juga oleh Yesus.  Bahkan dalam perjamuan terakhir, Yesus memberi perintah ini.  Betapa Bapa ingin bersatu dengan kita.  Yesus mengasihi kita dan selalu mengutamakan kehendak Bapa yaitu komunio kasih, yang harus kita jaga dan terapkan dengan melakukan perintah ini.

Alasan kita mencintai Allah, menurut St. Bernardus adalah Allah sendiri dan ukuran mengasihi-Nya adalah tanpa ukuran.  Allahlah  yang pertama-tama mencintai kita.  Dia tidak menyayangkan Putra Tunggal-Nya: Yesus, untuk menjadi tebusan bagi dosa kita melalui persembahan diri-Nya 1 x di altar salib.  Sebagai Imam Agung, imamat Yesus abadi.  Maka Ia sanggup menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang demi Dia datang kepada Allah.  Ia memperdamaikan kita dengan Bapa.  Yesus sendiri berkata tentang diri-Nya, tidak ada cinta yang lebih besar daripada seseorang yang memberikan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya.

Seharusnya kita mencintai Allah di atas segalanya secara natural.  Tetapi kenyataannya, karena dosa asal, kita mencintai diri sendiri lebih dari segalanya – cinta carnale.  Penting mencintai Allah terlebih dulu, kemudian seseorang dapat mencintai sesama dalam Allah.  Sebab tidak mungkin mencintai sesama jika seseorang tidak mencintai Allah.

Menurut Bernardus, kita diciptakan untuk kebahagiaan penuh dalam kesatuan dengan Allah.  Kita adalah gambar Allah, kenyataan ini yang memungkinkan kesatuan kita dengan Dia.  Gambar Allah adalah kebebasan untuk mencintai, keserupaan adalah dalam memakai kehendak bebas dengan benar.  Jadi gambar Allah di dalam kita adalah kemampuan untuk menjadi anak Allah dalam Kristus.  Kebebasan yang oleh Bernardus disebut Capax Dei memampukan kita menyambut anugerah Allah dan menanggapinya dengan menganugerahkan diri kepada Allah dan sesama dalam cara yang tak terpisahkan.  Kebebasan sejati ini dipulihkan oleh dan di dalam Kristus melalui sakramen, sabda, doa, hidup dengan mohon, menerima, dan memakai rahmat.  Kalau kita sungguh tahu bahwa kita berharga di mata Allah, kita dicintai dengan kasih-Nya yang tak terbatas, kita dapat mulai menerima bahwa kita sombong, egois, iri, dll tanpa memberontak dan merasa ditolak. Sehingga berkat rahmat-Nya kita pun mampu berdoa:

“Tuhan asal segala cinta, aku mencintai Engkau lebih dari segala sesuatu dan dengan segenap hati, sebab Engkau mahabaik dan pantas dicintai. Karena cintaku kepada-Mu maka akupun mencintai sesamaku, seperti aku mencintai diriku sendiri.  Tuhan kobarkanlah selalu cintaku.”