Gedono
16 November 2024

Peringatan St. Gertrudis


Engkau memberikan santapan kepadaku
dengan pemikiran akan damai
Dari tulisan St.  Gertrudis: “Pewahyuan-pewahyuan akan kasih Ilahi”

 

Jiwaku memuji-Mu, ya Tuhan, Penciptaku; jiwaku memuji-Mu dan dari kedalaman lubuk hatiku aku memuji belas kasih-Mu, belas kasih-Mu yang melingkungi aku tanpa jasa sedikit pun dari padaku.  Aku bersyukur, karena belas kasih, kesabaran dan pengampunan-Mu serta kebaikan-Mu yang besar.

Aku telah melalui masa kanak-kanak, masa kecil, masa remaja dan masa dewasaku hingga mencapai usia 25 tahun, sebagai seorang yang buta dan gila.  Aku berbicara dan bertindak menuruti kehendakku sendiri dan tidak merasakan penyesatan sedikit pun akan tindakanku ini.  Baru sekarang aku menyadari semua ini.

Seandainya Engkau tidak mengingatkan aku baik melalui perasaanku yang tidak enak terhadap kejahatan, maupun teguran-teguran dari orang-orang di sekitarku, aku pasti sudah seperti orang kafir di tengah kaum kafir dan tidak akan pernah menaruh perhatian, bahwa Engkau mengganjar orang baik dan menghukum yang jahat.  Dan sekarang aku bersyukur pada-Mu karena sejak masa kanak-kanakku, sejak usia 5 tahun, Engkau telah memberikan tempat tinggal dalam rumah kediaman para religius, di antara sahabat-sahabat-Mu yang terkasih.

Sebagai silih, kupersembahkan pada-Mu, ya Bapa yang penuh kasih, seluruh derita Putra-Mu yang terkasih, sejak tangis pertama-Nya, ketergantungan-Nya pada masa kecil-Nya, kesengsaraan pada masa muda-Nya, dan pencobaan-pencobaan pada awal masa dewasa; melalui semua ini dan seterusnya, sampai tiba saatnya Ia tergantung di salib, dan berseru dengan suara nyaring serta menundukkan kepala-Nya, Ia menyerahkan nyawa-Nya.

Bapa!  Sebagai silih bagi kelalaianku, kupersembahkan semua yang telah dilakukan-Nya, dalam pikiran, kata dan perbuatan; dari saat Engkau menentukan dari sediakala, pada saat Engkau menentukan Putra Tunggal-Mu untuk meninggalkan takhta kemuliaan dan masuk ke dunia, sampai saat Ia menghadap hadirat-Mu dalam kemuliaan kemenangan tubuh-Nya.  Sebagai rasa syukurku, dari lubuk terdalam ketiadaanku, aku memuji belas kasih-Mu yang melampaui pujian dan aku memuja-Mu dalam rasa syukur atas kebaikan-Mu yang penuh belas kasih.

Bapa kerahiman, melalui semua itu pikiran-Mu terhadapku adalah pikiran damai dan bukan pikiran yang menyedihkan dan meskipun masa hidupku tidaklah berarti tetapi Engkau telah mengangkat aku dengan karunia-karunia-Mu yang tak terbilang banyaknya.  Dan kepada semua itu Engkau telah menambahkan anugerah yang tak ternilai kepadaku, yakni persahabatan-Mu yang mesra, dengan membukakan kepadaku, dalam berbagai cara, tempat ilahi-Mu yang kudus yakni hati ilahi Putra-Mu dan memberikan kepadaku setiap harta sukacita, dalam kelimpahan yang besar.

Engkau telah menarik jiwaku dengan janji yang pasti akan anugerah yang akan Kauberikan pada waktu aku mati dan sesudah kematian.  Oleh karena itu, meskipun aku tidak memiliki anugerah lain, hanya dengan itu saja hatiku telah mendambakan Engkau dengan harapan yang hidup.

 


* Gertrudis dari Hefta dilahirkan di Thuringen tahun 1256 dan termasuk suku Saks.  Membaca dan membuat syair merupakan kesukaannya.  Pada usia muda ia masuk biara Trappistin di Hefta.  Dengan sederhana dan terus terang ditulisnya riwayat hidup panggilannya.  Dalam novel-novel kecil, di mana gema Injil sayup-sayup terdengar, diungkapkannya pengalaman rohani.  Banyak madah puji syukur merupakan hasil karyanya.