PEKAN BIASA XXXIII – RABU
Hati orang jujur akan bergembira dalam Tuhan
Pembacaan dari Kotbah St. Agustinus
“Orang jujur akan bergembira dalam Tuhan dan berharap pada-Nya, dan semua yang lurus hati akan bersukaria.” Sesungguhnya kita telah menyanyikan kata-kata ini dengan hati dan suara kita. Dengan kata-kata ini orang-orang Kristiani mengungkapkan kepada Tuhan dengan lidah mereka dan dalam kesadaran hati mereka: perasaan mereka yang terdalam. “Orang jujur akan bergembira” – tidak dalam dunia ini – tetapi “dalam Tuhan.” Di tempat lain kita baca, “Terang terbit bagi orang-orang jujur dan kegembiraan bagi yang lurus hati.” Jika kamu ingin menemukan sumber kegembiraan, kamu menemukannya dalam kata-kata berikut: “Orang jujur akan bergembira dalam Tuhan,” dan di tempat lain, “Bersukacitalah dalam Tuhan, dan Ia akan mengabulkan keinginan hatimu.”
Kita diperintahkan untuk berbuat apa? Kita dimampukan untuk apa? Bergembira dalam Tuhan! Tetapi, siapa yang dapat bergembira akan sesuatu, yang tidak dilihatnya? Atau mungkin kita dianjurkan untuk melihat Tuhan? Tidak, tapi hal ini dijanjikan kepada kita, bahwa kita akan melihat Dia. Tetapi sekarang, selama kita berada dalam daging, kita berjalan dalam iman, karena kita jauh dari Tuhan. Lalu kita berjalan dengan iman, tidak dengan melihat. Kapankah kita akan melihat? Penglihatan akan datang, kalau sudah terpenuhi kata-kata Yohanes: “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, namun belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menyerupai Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”
Itulah kegembiraan besar, kegembiraan sempurna, kegembiraan dalam segala kepenuhannya. Itulah saat kita tidak lagi diberi susu pengharapan, melainkan makanan padat, yaitu kenyataan. Tetapi, bahkan sekarang pun kita dapat bergembira dalam Tuhan, sebelum kenyataan sampai pada kita atau kita belum mencapai kenyataan. Sebab sungguh tidak kecil sukacita yang diberikan dalam menantikan penuh harapan hal yang kemudian pasti akan kita miliki sebagai kenyataan.
Jadi karena harapan yang kita miliki sekarang menginspirasikan cinta, pemazmur berkata, “Orang jujur bergembira dalam Tuhan!” dan karena ia belum melihat Dia, ia menambahkan: “Dan ia akan berharap kepada-Nya.” Namun kita sudah memiliki buah-buah pertama Roh dan bukankah ada alasan-alasan lain untuk bergembira? Kita sedang mendekat kepada Dia yang kita cintai; dan bukan hanya mendekat, karena kita bahkan sudah dapat mengenyam dan mencicipi perjamuan kegembiraan, yang sangat kita inginkan, untuk makan dan minum dengan lezatnya.
Bagaimana kita dapat bergembira dalam Tuhan, jika Ia jauh dari kita? Tetapi ingatlah, bahwa Ia tidak jauh. Kamulah yang membuat Dia jauh. Cintailah, dan Ia akan datang mendekat; cintailah, dan Ia akan diam bersama kamu. “Tuhan itu dekat. Janganlah kamu khawatir akan sesuatu.” Apakah kamu ingin tahu, bagaimana Ia akan bersamamu, jika kamu mencinta? “Tuhan adalah cinta.”
Mungkin kamu akan bertanya, “Apa arti cinta itu?” Itulah yang memampukan kita untuk mencinta. Apakah yang kita cintai? Kebaikan yang tak teruraikan, kebaikan yang memberi terus menerus. Kebaikan yang adalah Pencipta dari segala yang baik. Kamu harus bergembira dalam Dia, sumber segala kegembiraan yang kamu terima. Dalam hal ini tidak termasuk dosa, karena hanya dosa yang tidak kamu peroleh dari Dia. Dengan kekecualian itu, semua yang kamu miliki, datang dari Dia.