HARI RAYA ST. PERAWAN MARIA DIKANDUNG TANPA DOSA ASAL

 

Maria digambarkan berpakaian matahari, karena melampaui semua imajinasi, ia berada di tempat terdalam kebijaksanaan ilahi, sedemikian sehingga ia tampak tenggelam dalam cahaya yang tak dapat dijangkau.  Ia dikelilingi oleh api, seolah-olah tertutup dalam api itu.  Ia tak bernoda, oleh karena itu semua yang kita lihat dalam dirinya begitu terang. (St. Bernardus)

Melalui perayaan iman Gereja hari ini, kita mau merayakan sebuah kabar gembira: kemurnian yang dianugerahkan Allah kepada Bunda Maria sejak ia dikandung, adalah keadaan kita yang sebenarnya.  Walaupun sekarang kita hidup dengan dosa dan akibat dosa, namun kita akan dijadikan utuh kembali berkat rahmat pengudusan dan proses pertobatan.

Kalau kita mau melihat seperti apa keadaan kita sebenarnya, baiklah kita memandang Bunda Maria.  Kita bisa melihat dengan jelas perbedaan menyolok antara diri kita dengan Bunda Maria.  Di dalam diri kita ada dosa.  Ada penolakan kepada Allah, yang mungkin tidak disadari, yang berbentuk ketidakpercayaan terhadap Allah, terhadap kasih.  Akibatnya, kita tidak damai dan takut, cepat marah,  curiga dan menuntut.  Tidak mau salah atau disalahkan,  tidak percaya diri dan juga tidak bisa percaya pada orang lain.  Kita sering merasa penting dan menyombongkan diri karena tugas, pekerjaan, bakat dan kemampuan yang tinggi atau sebaliknya, kita mengeluh dan menuntut karena tidak dihargai secukupnya menurut hak kita.

Sedangkan hidup Bunda Maria merupakan ‘Fiat’, ‘Ya’.  Percaya. Percaya bahwa Allah mencintainya, bahwa Allah besertanya.  Ia tahu bahwa kasih Allah padanya dan segala yang baik merupakan anugerah, hadiah gratis.  Bukan karena dia baik maka dicintai Allah.  Bukan karena dia suci, maka diminta menjadi Ibu Tuhan.  Di sinilah letak perbedaan menyolok itu.  Bunda Maria murni karena menyadari bahwa dia yang bukan apa-apa telah dilimpahi begitu banyak kasih.  Maka dia menjawab, “Aku ini hamba, Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.” Ia menjadi kasih yang mempersembahkan diri seutuhnya pada Allah, memberi diri tanpa pamrih, tanpa menghitung, tanpa mencari apa saja untuk diri sendiri.

Maka jalan kesucian yang ditunjukkan Bunda Maria adalah belajar untuk mengarahkan pandangan kita hanya pada Allah  dan pada apa yang Ia kehendaki.  Menjalankan kehendak-Nya dengan sederhana karena percaya Allah sendiri akan mengerjakan melalui keterbukaan kita.

Engkau yang dikandung tanpa dosa, ya Maria sucikanlah badanku dan kuduskanlah jiwaku.