Hari Kelima Pekan Doa Sedunia
untuk Kesatuan Umat Kristiani
(18-25 Januari)
Pembacaan dari Surat Ensiklik St. Yohanes Paulus II, Paus,
tentang Komitmen terhadap Ekumenisme
Kita melangkah maju di jalan yang mengantar kepada pertobatan hati dibimbing oleh cinta kasih, yang ditujukan kepada Allah, dan sekaligus kepada semua saudara-saudari kita, termasuk mereka yang belum ada dalam persekutuan penuh dengan kita. Cinta kasih membangkitkan keinginan akan bersatu, juga pada mereka yang belum pernah menyadari kebutuhan akan kesatuan. Cinta kasih membangun persekutuan antar perorangan dan antar jemaat. Bila kita saling mengasihi, kita berusaha memperdalam persekutuan kita dan menyempurnakannya. Cinta kasih dipersembahkan kepada Allah sebagai sumber yang sempurna bagi persekutuan – kesatuan Bapa, Putra dan Roh Kudus – supaya kita menimba dari Sumber itu kekuatan untuk menggalang persekutuan antara orang-orang perorangan dan Jemaat-Jemaat, atau mengadakannya lagi antara umat Kristiani yang masih terbagi-bagi. Cinta kasih ialah aliran bawah tanah yang deras, yang memberi hidup dan menambah kekuatan kepada gerakan menuju kesatuan.
Cinta kasih itu menemukan ungkapannya yang paling lengkap dalam doa bersama. Bila saudara-saudari, yang belum berada dalam persekutuan sempurna satu dengan yang lain berkumpul untuk berdoa, Konsili Vatikan II mendefinisikan doa mereka sebagai jiwa seluruh gerakan ekumenis. Doa itu merupakan upaya yang sangat efektif untuk memperoleh rahmat kesatuan, serta-merta menjadi lambang otentik ikatan-ikatan, yang masih ada antara umat Katolik dan saudara-saudari terpisah. Juga bila doa tidak secara khusus dipanjatkan untuk mencapai kesatuan Kristiani, melainkan untuk ujud-ujud lain seperti damai, kenyataannya menjadi ungkapan dan pemantapan kesatuan. Doa bersama umat Kristiani merupakan undangan bagi Kristus sendiri, untuk mengunjungi jemaat mereka yang menyerukan Dia: “Di mana pun dua atau tiga orang berkumpul, di situ Aku ada ditengah mereka”.
Bila umat Kristiani berdoa bersama, tujuan kesatuan nampak lebih dekat. Sejarah panjang umat Kristiani yang ditandai oleh sekian banyak perpecahan agaknya sekali lagi mengarah kepada kesatuan, sebab menuju ke arah Sumber kesatuannya, yakni Yesus Kristus. Ia sama saja kemarin, hari ini dan selamanya. Dalam persekutuan doa, Kristus sungguh hadir. Ia berdoa dalam diri kita, bersama kita dan untuk kita. Dialah yang membimbing doa kita dalam Roh Penghibur yang dijanjikan-Nya, kemudian dicurahkan-Nya kepada Gereja-Nya di Ruang Atas di Yerusalem, ketika Ia menetapkannya dalam kesatuan yang asli.