Hari Keenam Pekan Doa Sedunia
untuk Kesatuan Umat Kristiani
(18-25 Januari)
Pembacaan dari Surat Ensiklik St. Yohanes Paulus II, Paus,
tentang Komitmen terhadap Ekumenisme
Komitmen Gereja terhadap dialog ekumenis, seperti jelas ternyata sejak Konsili, bukan tanggung jawab Takhta Apostolik melulu, melainkan juga termasuk kewajiban Gereja-Gereja setempat atau khusus. Komisi-komisi khusus untuk memupuk semangat ekumenis dan kegiatan ekumenis telah dibentuk oleh Konferensi-konferensi Uskup dan Sinode-sinode Gereja Timur Katolik. Struktur-struktur yang cocok serupa dengan itu berfungsi di keuskupan-keuskupan. Prakarsa-prakarsa itu menandakan sudah meluasnya komitmen praktis Gereja Katolik untuk menerapkan pedoman-pedoman Konsili tentang ekumenisme. Itu suatu aspek yang hakiki dalam gerakan ekumenis.
Dialog tidak hanya dilaksanakan, melainkan sungguh menjadi suatu kebutuhan, salah satu prioritas Gereja. Oleh karena itu metode-metode dialog telah diperbaiki, dan itu membantu pertumbuhan semangat dialog. Dalam konteks itu perlu disebutkan pertama-tama dialog antar pakar-pakar yang sungguh kompeten dari berbagai Gereja dan Jemaat. Pada pertemuan-pertemuan mereka yang ditata dalam semangat religius, masing-masing pihak menjelaskan ajaran persekutuannya secara lebih mendalam dan mengutarakan dengan jelas ciri-cirinya yang khusus. Lagipula bergunalah bagi semua orang beriman mengetahui dengan baik cara-cara yang memungkinkan dialog.
Dialog ekumenis memang sungguh penting. Melalui dialog itu semua peserta memperoleh pengertian yang lebih cermat tentang ajaran dan perihidup kedua persekutuan, serta penghargaan yang lebih sesuai dengan kenyataan. Begitu pula persekutuan-persekutuan itu menggalang kerjasama yang lebih luas lingkupnya dalam aneka usaha demi kesejahteraan umum menurut tuntutan setiap suara hati Kristiani, dan bila mungkin mereka bertemu dalam doa sehati sejiwa. Akhirnya mereka semua mengadakan pemeriksaan batin tentang kesetiaan mereka terhadap kehendak Kristus mengenai Gereja dan sebagaimana harusnya menjalankan dengan tekun usaha pembaharuan dan perombakan.
Dalam pemikiran Konsili dialog ekumenis ditandai oleh usaha bersama mencari kebenaran, khususnya mengenai Gereja. Memang kebenaran membentuk suara hati dan mengarahkan usaha-usaha meningkatkan kesatuan. Sekaligus dialog meminta agar suara hati dan tindakan-tindakan umat Kristiani, sebagai saudara-saudari yang tercerai satu dari yang lain, diilhami oleh dan patuh kepada doa Kristus memohon kesatuan. Ada hubungan erat antara doa dan dialog. Doa yang lebih mendalam dan lebih sadar menjadikan dialog lebih subur. Di satu pihak dialog tergantung doa, dalam arti yang lain doa juga menjadi buah dialog yang semakin masak.